[Fanfiction] Our Love Story (Chap 15 – Will The Dreams Come True (Again)?)

 

Tittle               : Our Love Story – Will The Dreams Come True (Again)?

Length             : Multi chapter – chapter 15

Author             : missdorky & littleyounghae

Cast                 :

–     Lee Donghae

–     Cho Kyuhyun

–     Park Eunyoung (OC)

–     Lee Younghyun (OC)

–     etc^^

Genre               : Romance

Rated               : PG-17

Notes                 : FF ini merupakan project kolaborasi pertama dari dua penulis (littleyounghae dan missdorky) . FF ini salah satu cara untuk menunjukan cara kami dalam berimajinasi dan menuangkannya ke dalam sebuah cerita…^^ Enjoy and feel the story… Happy Reading, don’t forget to give comments and We will appreciate it… ^^

Disclaimer          : Cast FF ini yang jelas bukan milik kami tapi Cerita FF ini murni dari otak kami berdua…. susah payah menggabungkan dua ide jadi satu karya, so… don’t be plagiator… and don’t be a silent reader.

 

Annyeonghaseyo ^^ sudah hampir sebulan, akhirnya kita bisa kembali publish Our Love Story, setelah sekian lama juga ‘bertapa’ dan akhirnya jadilah chap ini. Tadinya kita dilemma dengan panjangnya chap ini, mau di bagi menjadi dua part or dua chap, tapi  takutnya ga meaning, jadilah kami mem-posting apa adanya. Ini mungkin akan menjadi rekor baru di longshoot chapter-chapter Our Love Story. Silahkan di baca dan di nikmati. Gomawo 🙂

 

The dreams you choose to believe in come to be.

When you feel in your innermost being

that you will achieve what you set out to do,

you open the way for miracles.

Choose to believe something good can happen.

Expecting it to happen energizes your goal

and actually gives it momentum.

What you expect to happen, happens.

If you expect to succeed, you’ll succeed.


Nikita Koloff

************************************************************************************

 

Jam di dinding kamar Donghae dan Eunyoung masih menunjukan pukul lima lebih sepuluh menit. Donghae yang tidur agak gelisah sejak semalam, menghempaskan tubuhnya ke arah samping dengan mata yang masih berusaha terpejam. Tangannya terulur menggapai sosok yang biasanya terlelap di sampingnya. Kosong. Tangannya hanya mengelus hampa sprei tempat tidurnya. Antara sadar dan tidak, Donghae mengerenyitkan keningnya bingung. Tangannya kembali menggapai-gapai sebelahnya yang tampak lengang. Ia membuka matanya perlahan, dan berusaha mengembalikan kesadarannya sepenuhnya.

“Hooekk…Hooekk…” Donghae lantas bangkit perlahan dari tidurnya saat mendengar suara dari di kamar mandi.

Donghae dengan panik menuju kamar mandi, saat ia kembali mendengar suara Eunyoung seperti sedang muntah. Sesampainya di sana, benar dugaan Donghae, Eunyoung sedang merunduk di depan wastafel dengan kran air yang terbuka. Wajahnya berpeluh, dan sedikit pucat.

“Kau kenapa, Jagi?” tanya Donghae yang kemudian membantu isterinya itu dengan mengelus punggungnya. Eunyoung hanya menggeleng, lalu kembali berusaha memuntahkan isi perutnya ke dalam wastafel.

Morning sickness? Ah, tapi kandunganmu sudah hampir 8 bulan” Donghae berusaha menduga, namun dugaannya segera ditepisnya.

“Bukan, ini sudah sering, Oppa… dan aku biasanya hanya istirahat. Tapi sejak tengah malam, perutku terasa kram dan mual. Hooeekk..” Eunyoung kembali merasa mual, namun yang keluar dari mulutnya hanya air.

“Kita ke rumah sakit sekarang.” usul Donghae cepat. Namun Eunyoung dengan cepat juga menggeleng.

Aniya, aku pernah membacanya, ini hanya kram perut, Oppa.” Eunyoung yang sudah merasa lebih baik, membasuh mulutnya dengan air kran. Donghae masih memandang cemas yeoja yang amat dicintainya itu. ‘Sesulit inikah masa kehamilan?’ pikirnya.

“Kenapa tadi kau tidak membangunkan aku, hm?” ucap Donghae sambil menyeka peluh di wajah Eunyoung.

“Semalam tidurmu tidak tenang, mana aku tega membangunkanmu, Oppa.” Eunyoung memberikan senyuman manis dari bibir yang yang sedikit pucat. Donghae mengusap lembut pipi Eunyoung, wajah yeoja-nya itu terlihat lelah, mungkin semalaman isterinya itu juga tidak tidur dengan tenang karena dirinya, ditambah rasa tidak nyaman di perutnya.

“Eh?” Eunyoung terkejut saat Donghae sudah meletakan tangannya di belakang lutut dan yang satunya menopang punggungnya. Donghae dengan hati-hati mengangkat Eunyoung lalu kembali menuju tempat tidur mereka. “Oppa, aku mau mengambil minum dulu ke dapur. Aigoo… masih terasa mual.” Donghae hanya diam, berkonsentrasi melangkahkan kakinya mendekati tepat tidur mereka, tubuh Eunyoung yang sedang hamil menguras sedikit tenaganya.

Chakamman… biar aku yang ambilkan, kau mau minum apa, Jagi?” tanya Donghae sesaat setelah ia merebahkan Eunyoung di atas tempat tidur.

“mmm… air putih hangat saja, Oppa….” Donghae beranjak ke dapur dengan segera setelah sebelumnya mengecup sekilas perut isterinya itu. “Uugh! Kenapa mualnya belum hilang?” keluh Eunyoung sambil mengelus lembut perutnya.

Tidak lama, Donghae kembali ke kamar dengan membawa segelas air hangat dan minyak aromatherapy di tangannya. Ia bantu Eunyoung untuk minum lalu ia ikut naik ke tempat tidur di samping tubuh isterinya itu.

“Masih terasa mual, Jagi?” Eunyoung hanya mengangguk sambil mengelus perutnya. “Berbaringlah yang nyaman, ku rasa itu bisa membantu mengurangi sedikit. Ah, iya…aku ingat Omma pernah memberimu ini waktu kau mual seharian, mungkin bisa membantu.” Donghae membantu membuka lalu mendekatkan minyak aroma mint pada Eunyoung yang dapat menghilangkan mualnya walau hanya sedikit. Donghae mengangsurkan minyak aroma itu, lalu membantu Eunyoung megubah posisi berbaring-nya.

“Tapi aku ingin bersandar, Oppa.” Donghae menuruti keinginan isterinya dan lantas meletakan bantal di belakang punggung Eunyoung agar membuatnya nyaman. Walau Eunyoung bersandar di head bed, tapi Donghae tahu punggung istrinya sering sakit karena kelelahan berjalan.

Donghae berbaring menyamping, dengan satu tangannya menumpu kepalanya. Ia ulurkan tangannya yang bebas mengelus perut Eunyoung yang menggunduk dan semakin membesar setiap bulannya. Eunyoung tersenyum saat ia rasakan pergerakan halus di dalam perutnya. Donghae pun tampak excited karena dapat merasakan pergerakan halus bayinya.

“Anak ini akan jadi anak appa. Setiap Appa-nya menyentuhnya, pasti ia merespon.” Mata Eunyoung menyipit, bibir pucatnya menyunggingkan senyum manis. Donghae hanya tersenyum, sambil terus mengelus perut isterinya itu. Pergerakan itu semakin tampak nyata belakangan ini, dan itu membuat mereka semakin tidak sabar bertemu dengan calon namja kecil yang entah lebih mirip siapa nanti.

Omma~..” panggil Donghae. “Kau pasti akan jadi omma yang hebat untuknya Jagi. Aku yakin, ia nanti akan bangga mempunyai Omma seperti dirimu”

“Ia juga pasti bangga memiliki Appa seperti dirimu, Oppa.” ucap Eunyoung yang membanggakan suami tercintanya itu. “Appa-nya yang membantu Omma-nya keluar dari kegelapan, memberi kehidupan yang cerah setelah sebelumnya terpuruk dalam perasaan sedih yang dalam. Appa-nya juga yang memberikan cinta sepenuhnya dan takkan pernah habis untuknya dan aku, Omma-nya, dan pasti namja kecil kita akan sangat bangga kalau tahu ia juga ikut menjadi semangatmu dalam menjalani terapi. Kelak aku membayangkan ia kuat, tegar dan penuh cinta sama sepertimu.”

Donghae berkaca-kaca mendengar pemikiran Eunyoung tentang dirinya. ‘Sebaik itukah Eunyoung memandangnya’, hanya itu yang ia rasakan. Justru Donghae yang seharusnya bersyukur bertemu dengan yeoja seperti Eunyoung, bahkan baru kali ini ia bertemu yeoja dan tertarik pada saat pertama melihatnya. Bukan karena paras cantik, tapi Donghae merasa kalau Eunyoung berhak untuk cintanya.

Baby… Yang jelas, Appa dan Omma akan selalu memberikan cinta untukmu sampai kau besar nanti. Bukan begitu, Appa?” Donghae tersenyum tipis, mengiyakan namun terlihat gurat ragu di wajahnya.

Dilihatnya wajah Eunyoung yang berbinar, menatap bahagia pada perutnya. Yeoja itu sudah membuat Donghae benar-benar menjadi seorang hamba yang bersyukur pada Tuhan-nya. Setahun lalu, ah, bahkan belum setahun, pertemuan pertamanya dengan yeoja yang sedang di pandanginya. Kelam dan suram, hanya itu yang nampak dari wajah Eunyoung saat itu. Sejak saat itu, Donghae yakin kalau Eunyoung memang butuh dirinya.

Jagiya…” panggil Donghae. Ia posisikan dirinya sama dengan Eunyoung, bersandar di head bed, lalu meraih tubuh isterinya mendekat padanya. “Aku ingin tahu seperti apa keluarga-mu. Keluarga Park, keluarga yang beruntung karena memilikimu” Eunyoung diam sejenak, ia memutar memory-nya tentang keluarganya sangat ia rindukan.

“Keluarga kami sama seperti keluarga lain pada umumnya, Appa seorang pekerja keras yang bekerja tanpa lelah untuk menghidupi kami, ia bekerja di perusahaan milik sahabatnya. Omma sosok seorang ibu yang sangat aku idolakan, ia penyayang dan pastinya aku selalu di manja olehnya. Hehehe…” Eunyoung tertawa kecil mengingat dulu ia memang anak manja, terutama pada appa dan omma-nya.

“Terlihat, Jagi.. kau manja, bahkan saat kita bertemu pertama kali-pun aku tahu kau sangat manja” Donghae mengacak gemas rambut Eunyoung. “Tapi perlahan kau berubah, mungkin karena calon namja kecil ini”

“mungkin…” Eunyoung tersenyum dan kembali memandang perutnya sambil mengelusnya lembut. “Dulu, aku selalu bertengkar dengan Oppa, ia sering menjahiliku karena aku manja, tapi ia selalu membantu dan melindungiku kalau aku dalam kesulitan, dan beberapa hari sebelum terjadi kecelakaan itu, Oppa-ku sempat mengatakan, aku harus belajar hidup mandiri, tanpa bergantung pada Omma, Appa, juga dirinya. Dan… Semua ucapannya terbukti, aku harus hidup sendiri setelah kecelakaan itu.” Tatapan Eunyoung berubah sendu, ia berusaha menahan tangisnya karena teringat akan kejadian yang merenggut keluarga yang amat ia cintai dan bahkan hampir merenggut dirinya.

Donghae yang sadar akan hal itu, hanya bisa mengeratkan rangkulannya, membawa yeoja-nya dalam dekapannya. Air mata Eunyoung menetes dengan sendirinya, rasa kehilangan itu masih ada walau kini ia mempunyai banyak orang yang sudah seperti keluarga baginya.

Oppa…” panggil Eunyoung. “Kau mau berjanji padaku?”

“Apapun, Jagiya.

“Jangan tinggalkan aku…” dada Donghae sesak, seperti tertusuk belati di jantungnya. Ingin ia mengiyakan, namun lagi-lagi ia ragu untuk melakukannya, ada sedikit perasaan takut dalam dirinya.

“Kau hanya cukup percaya aku, Jagi. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu dan anak kita,” jawab Donghae singkat. Entah ia mengatakan hal yang benar atau salah, yang jelas sampai kapan-pun ia berjanji akan selalu berada didekat Eunyoung dan anaknya kelak.

Eunyoung mengeratkan pelukannya pada Donghae. Ia sungguh sangat bersyukur mempunyai suami seperti Donghae. Menurutnya, Donghae bisa menggantikan semua yang hilang darinya. Seluruh keluarganya hilang, harta benda milik keluarganya pun tidak bersisa karena diambil alih oleh pamannya yang entah di mana sekarang.

Oppa…” panggil Eunyoung manja.

“Perutmu masih sakit, Jagi?” Eunyoung menggeleng cepat dalam dekapan Donghae.

“Aku lapar, Anni…. anak kita juga lapar,” ucap Eunyoung. “Aku mau sandwich buatanmu, Oppa” Eunyoung melepas pelukannya, menatap Donghae dengan tatapan memohon.

“Siap, Nyonya Lee!” Donghae mengecup sekilas bibir ranum Eunyoung sebelum beranjak dari tempat tidur menuju dapur. Eunyoung tersenyum simpul, sebuah kecupan rutin tapi selalu membuatnya tersipu.

Menunggu Donghae yang sibuk di dapur, Eunyoung kembali berbaring dan ia kembali bergelung di selimut. Sejenak ia kembali mengingat keluarganya dulu. Keluarga yang sangat tenang dan bahagia, seperti keluarga pada umumnya. Appa-nya, Park Yoonso, seorang manajer di perusahan tekstil, sosok ayah yang hangat dan pekerja keras. Omma-nya, Kim Euna hanya sebagai ibu rumah tangga, membantu suaminya dengan membuka usaha catering, karena itu, Eunyoung banyak membantu di dapur. Ia termasuk yeoja yang mudah tanggap dan mempunyai indera perasa yang baik menurut Omma-nya. Kenangan bermanja-manja di waktu libur, piknik bersama, hingga bercerita tentang kegiatan masing-masing, kembali berputar di kepalanya dan cukup membuat mata Eunyoung berkaca-kaca.

Ia ingat saat, Yoonsung, oppa-nya, melindungi Eunyoung yang diganggu namja waktu pulang sekolah. Yoonsung, sosok oppa yang sangat penyayang, dan berusaha melindungi Eunyoung semampunya. Bahkan, pada kecelakaan waktu itu, Eunyoung selamat berkat Oppa-nya. Kalau saja Yoonsung tidak mendorongnya keluar dari mobil yang sudah terguling, mungkin ia tidak akan pernah ada sampai saat ini.

Oppa, gomawo. Aku merindukanmu,” lirih Eunyoung. Air mata kembali menetes membasahi pipinya.

“Sarapan untuk tuan puteri datang!” Seru Donghae yang kembali ke kamar dengan membawa nampan berisi, sepasang sandwich, segelas air putih dan susu. “Nyonya Lee?” Panggil Donghae.

Donghae mendekati tempat tidur, ia letakan nampan di atas nakas, lalu ia duduk di samping tubuh Eunyoung. Donghae menangkap mata cantik Eunyoung yang basah, ia lantas mengusap pipi isteri tercintanya itu.

Mianhae… Pasti kau mengingat keluarga-mu lagi.” Donghae mengecup lembut pipi basah Eunyoung. “Aku selalu sedih melihatmu menangis, Jagi. Tersenyumlah, keluarga-mu di sana juga selalu ingin melihat senyumanmu.”

Nan gwaenchana. Aku memilikimu sekarang. Walaupun aku ingin sekali menemui mereka, aku hanya bisa berharap dan berdoa, semoga mereka nyaman dan bahagia ‘di sana’…” Donghae tersenyum, ia bantu Eunyoung untuk kembali bersandar di head bed.

“Oke, sekarang isteri dan anakku harus sarapan…” Donghae mengambil nampan yang tadi ia bawa, lalu meletakannya di pangkuan Eunyoung. Eunyoung berbinar menatap sandwich buatan Donghae, tapi seketika wajahnya berubah.

“Susu? Oppa, aku sedang tidak ingin minum susu.” Keluhnya.

Donghae menggeleng cepat. “Kalau tidak di paksa, pasti kau tidak minum susu, Jagi. Ini susu untuk ibu hamil, yang biasa Hyunnie buatkan untukmu.”

“…” Eunyoung hanya diam, menghembuskan nafasnya kesal. Selalu seperti itu ekpresinya kalau sudah dipaksa bertemu dengan minuman yang paling tidak disukainya.

Jagiya… Aku membuatkannya khusus untukmu,” Donghae mendekatkan gelas yang berisi susu pada Eunyoung. Dengan sedikit memohon, akhirnya Donghae berhasil membujuk isterinya. Eunyoung mengambil alih gelas dari tangan Donghae lalu meminumnya perlahan. Segelas susu untuk ibu hamil rasa strawberry akhirnya habis diminumnya. Donghae tersenyum, menerima gelas kosong yang diangsurkan Eunyoung dengan sedikit kesal. Ia mengacak rambut Eunyoung dengan gemas karena melihat wajah kesal isterinya seperti anak kecil yang dipaksa minum obat.

“Hhhhhh~ BabyOmma lakukan ini hanya demi dirimu, sayang. Kelak, jadi anak yang sehat, pintar, kuat, menyayangi omma dan appa  ya…” ucap Eunyoung mengelus perutnya seakan berbicara pada baby yang masih berada di dalam perutnya. Donghae pun ikut senang, berdoa dalam hati agar semua ucapan Eunyoung menjadi kenyataan.

“Kau mau kusuapi, Jagi? Husband service…” Eunyoung menggangguk cepat. Dengan telaten, Donghae menyuapkan sandwich ke mulut Eunyoung. Yeoja itu menyipitkan matanya seraya tersenyum tiap menerima suapan sandwich dari tangan suaminya itu.

Oppa….” panggil Eunyoung ragu. Donghae yang membantu Eunyoung menyeka saus yang tersisa di sudut mulut Eunyoung, hanya berdehem menjawab panggilan isterinya itu. “mmm… kau lelah tidak? Mm.. Anni… Maksudku, hari ini kondisimu cukup baik kah? Ahh… Maksudku…”

“Kita mau ke mana hari ini?” Tanya Donghae. Ia sebenarnya sudah tahu pasti Eunyoung ingin mengajak pergi, karena semenjak hamil, isterinya itu hanya berdiam diri di rumah, mungkin ia keluar rumah hanya menemaninya ke rumah sakit.

“Benar kondisimu cukup baik, Oppa? Kalau kau merasa tidak sehat, kita menonton dvd saja di rumah…” Ragu Eunyoung.

“Kau tidak bosan menonton dvd, hm? Kita piknik?” Usul Donghae cepat, tapi Eunyoung menggelengkan kepalanya.

“Lotte world… Aku ingin ke taman hiburan,” Eunyoung menatap Donghae dengan berbinar. Donghae agak sedikit terkejut mendengar keinginan dari isterinya itu. Bukannya ia menolak, hanya saja dengan kondisi kehamilan Eunyoung yang hampir menginjak delapan bulan rasanya pergi ke tempat hiburan adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin. “Oppa…” ucap Eunyoung sedikit merajuk.

“mmm… bagaimana kalau piknik saja ke bukit, atau ke pantai?” usul Donghae yang sekaligus secara halus tidak menuruti keinginan aneh isterinya. Eunyoung menghela nafas, sedikit kesal namun tidak ingin menuntut. Tapi keinginannya hari itu ke taman bermain sangat besar, entah mengapa ia ingin sekali menikmati keramaian.

“Oke, kita ke taman bermain. Aku tidak tega melihat wajah isteriku murung seharian nanti…” Donghae yang menangkap gurat kecewa Eunyoung tadi, akhirnya menyetujui keinginan isterinya.

Jinja, Oppa?” tanya Eunyoung tidak percaya. Donghae hanya mengangguk lalu mengacak rambut Eunyoung gemas. “Gomawo, Oppa, aku hanya ingin ke taman hiburan, dan sudah lama aku ingin ke sana.” lanjut Eunyoung sambil kembali menikmati suapan sandwich dari suaminya.

Eunyoung terus menampakan senyum manisnya, pertanda suasana hatinya senang sejak pagi dan ia berharap seharian itu ia bisa mengukir senyuman hanya untuk suaminya Donghae. Kegiatan pagi mereka yang tidak biasa, karena diawali oleh kepanikan Donghae karena kondisi Eunyoung. Namun tidak dipungkiri, pasangan itu memulai pagi hari mereka dengan senyuman dan berharap senyuman itu akan terus terlihat sampai malam menjelang.

—— Will The Dreams Come True (Again)?—–

Pagi yang berbeda dari Donghae dan Eunyoung terlihat di kediaman keluarga Cho. Jam di dinding kamar sudah menunjukan pukul tujuh lebih beberapa menit, namun Younghyun, Kyuhyun dan Jongjin masih terlelap di atas tempat tidur mereka. Sinar matahari pagi pun seakan tidak mampu mengusik tidur mereka. Semalam, mereka tidur tidak terlalu malam tapi Jongjin sempat terjaga di tengah malam karena ingin ke kamar mandi. Setelah itu, Younghyun dan Kyuhyun butuh waktu dua jam untuk tidur kembali, meski mereka sudah mencoba untuk tidur.

geudaeui gieok dolgo dorabwado, pihaegal su eomneun geu mal

heeojimui kkeute dara, dasi dora dasi dora

neurit neurit ssahaon sumanheun gamjeongdo

neurit neurit damaon sumanheun chueokdo

jogeumman deo neuritneurit ijeulge andante

Dering nada panggilan masuk dari ponsel Kyuhyun, membuat Younghyun terjaga dari tidurnya. Ia mengerjapkan mata, baru merasakan sinar matahari yang sejak tadi menerpa wajahnya. Dengan mata yang belum sempurna terbuka, Younghyun menggapai ponsel Kyuhyun yang terus berdering di atas nakas samping tempat tidur.

Yobose… Eh, mati…?” kesal Younghyun ketika ia mencoba mengangkat panggilan itu namun terputus dengan cepat. Ia pandangi ponsel Kyuhyun, melihat siapa yang menghubungi suaminya.

Appa?” heran Younghyun saat ia lihat nama Siwon yang tertera di panggilan masuk. “Omo!!!” Younghyun sontak terkejut saat menyadari penanda waktu di layar ponsel Kyuhyun menujukan pukul tujuh lewat dua puluh menit. Ia terkejut hampir berteriak, membuat Kyuhyun-pun terkejut dan bangun dari tidurnya.

Jagiya… kau bisa membangunkan Jin-ah,” keluh Kyuhyun sambil mengusap matanya. Younghyun turun dari tempat tidur, menghampiri Kyuhyun yang kembali terpejam dan memeluk tubuh Jongjin.

Oppa, bangun… kau nanti bisa terlambat ke rumah sakit,,, Aniya… kau sudah terlambat…!!”

“em…? masih pagi, Jagi, jawab Kyuhyun dengan malas.

Issshh,, Oppaaaa!!! Sudah jam 7 lebih!”

Mwo??” kaget Kyuhyun. Younghyun menarik tubuh Kyuhyun menuju kamar mandi, dan beruntung kegaduhan mereka tidak mengganggu tidur Jongjin.

Sepasang suami isteri itu bergegas ke kamar mandi, Younghyun mempercepat kegiatannya, ia basuh wajahnya dan menyikat gigi lalu ia meninggalkan Kyuhyun yang sudah sibuk di bawah shower. Dengan sedikit tergesa, Younghyun menyiapkan kemeja dan celana seadanya tanpa menyerasikannya untuk Kyuhyun pergi ke rumah sakit. Ia lalu meletakannya di atas tempat tidur di samping tubuh Jongjin yang masih terlelap. Setelah itu, Younghyun segera bergegas menuju dapur menyiapkan sarapan.

Pagi yang gaduh untuk Kyuhyun dan Younghyun. Jongjin kecil-pun mulai terbangun dari tidur lelapnya. Tangan kecilnya mengusap matanya yang belum terbuka sempurna. Namja kecil itu sedikit bingung, pasalnya tempat tidur king size di mana ia berada, sudah tampak lengang. Seingatnya, semalaman hyung dan noona–nya berada di samping kanan dan kirinya. Jongjin melamun, mengumpulkan energi yang belum sepenuhnya kembali dari alam mimpi. Sayup-sayup ia dengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, lalu bibirnya melengkungkan senyuman lega.  Namja kecil itu sangat takut sendirian, tadi ia sempat berpikir Kyuhyun dan Younghyun sudah pergi meninggalkannya sendirian di rumah.

Ponsel Kyuhyun yang berada tepat di sebelah tubuh Jongjin kembali berdering. Jongjin pun bangkit dari tidurnya dan terduduk memandangi ponsel di hadapannya. Dengan tiba-tiba, Kyuhyun dengan berbalut handuk menutupi bagian bawah tubuhnya keluar dengan tergesa-gesa menyambar ponselnya.

Yob… aishhh…” Kyuhyun berdecak kesal saat mengetahui panggilan masuk di ponselnya putus begitu saja. Rambutnya masih setengah basah dan tubuhnya hanya berbalut handuk di bagian bawah, dan ia kembali sibuk dengan ponsel di tangannya. Bahkan Kyuhyun belum menyadari kalau Jongjin sudah bangun dan memandangi dirinya dengan bingung.

Oppa, kau sudah selesai mandi??” suara seruan cukup kencang berasal dari arah dapur. Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah Younghyun yang mungkin sedang sibuk menyiapkan sarapan.

Ne…” sahutnya singkat. Ia masih sibuk mengetik beberapa kata melalui ponselnya. Kemudian tidak lama ia tersenyum senang menatap ponselnya, dan Jongjin hanya menatapnya dengan tatapan lebih bingung dari sebelumnya. “Oh… Jin-ah, kau sudah bangun?” kaget Kyuhyun saat ia tersadar kalau Jongjin memandanginya.

Oppa, pakaianmu sudah ku siapkan di atas tempat tidur, dasi di laci lemari sebelah kanan, kalau kau sudah selesai, jangan lupa bangunkan Jongjin, dan segera sarapan…!!!” suara lantang Younghyun kembali terdengar dan Kyuhyun hanya terkikik geli.

Ckck… Bahkan suara Hyunnie noona sudah mampu membangunkanmu kan, Jin-ah?” Kyuhyun menggelengkan kepalanya, isterinya itu memang unik kalau sedang panik.

Kyuhyun mengernyitkan keningnya saat melihat kemeja dan celana yang disiapkan Younghyun. Kemeja hitam lengan panjang dan celana bahan berwarna cokelat yang tampak tidak cocok jika dipadu-padankan.

Aigoo...” Kyuhyun hanya bisa mengusap rambutnya yang basah, pasalnya pagi itu ia tahu isterinya memang benar-benar panik. Ia lantas menuju lemari, mencari pakaian yang menurutnya lebih cocok.

Kyuhyun memilih dengan sedikit teliti, layaknya ingin pergi kencan. Maklum, hari ini sebenarnya ia ada rapat dengan beberapa dokter senior mengenai rencana appa-nya untuk memberlakukan peraturan rumah sakit berstandar WHO. Sebagai calon penerus pemilik rumah sakit, image-nya harus dibangun sedini mungkin, appa-nya menjadi role model untuknya.

“Jin-ah, ottae?” Kyuhyun menunjukan kemeja biru muda dan celana hitam yang dipilihnya pada Jongjin.

Jongjin terdiam dan memasang wajah berpikir, bibirnya mengulum dan sedikit maju, seperti menimang-nimang sebuah keputusan penting. Kyuhyun sedikit terkejut penuh senyuman, ia teringat dulu waktu kecil saat appa-nya meminta pendapatnya saat memilih pakaian. Kyuhyun seperti mellihat bayangan dirinya waktu itu.

 

“Hyung, kereenn!!” Jongjin mengangkat ibu jarinya lalu ia hadapkan ke Kyuhyun dengan senyuman lebar. Kyuhyun pun kembali bergegas ke kamar mandi untuk mengganti pakaian yang ia pilih.

Perfect!” ucap Kyuhyun sekembalinya ia dari kamar mandi dan mematutkan tubuhnya di cermin besar di dekat jendela. Beberapa kali ia mengubah posisinya menghadap kanan dan kiri seraya tersenyum melihat bayangannya sendiri.

Hyung, aku ingin bertemu dengan Hae hyung.. aku ikut ke rumah sakit ya?” Kyuhyun menoleh pada Jongjin yang baru saja berbicara padanya.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya. Jongjin seketika berubah sedih. “Hae hyung tidak ada di rumah sakit, Jin-ah. Hae hyung sekarang ada di rumah..” Ucap Kyuhyun lagi, mendekati Jongjin.

“Ya sudah, kalau begitu kita ke rumahnya sekarang..” Jongjin menatap Kyuhyun dengan tatapan memohon.

“Tapi hyung tidak bisa mengantarmu sekarang… ada rapat bersama appa-ku.. nanti siang saja bersama Hyunnie noona bagaimana??” Jongjin menggelengkan kepalanya dan memandang Kyuhyun kesal. Matanya menggenang air mata dan tak lama ia turun dari ranjang kemudian berlari keluar kamar.

“Jongjin-ah!” Panggil Kyuhyun segera mengejar Jongjin, namun ponselnya kembali berdering. “Aish! Baterenya habis lagi…” Kesal Kyuhyun yang mendapati batere ponselnya habis sebelum ia berhasil menjawab panggilan yang masuk.

‘Prang!’ terdengar suara barang pecah belah dari arah dapur. Tanpa pikir panjang dan menggerutui ponselnya, Kyuhyun membuang begitu saja ponselnya di tempat tidur dan segera berlari menuju dapur.

Di lihatnya Younghyun berlutut di depan Jongjin sambil memeluk namja kecil itu yang tengah menangis. Di sampingnya terdapat toples selai yang berserakan di lantai. “Jagiya ada apa ini? Kau terluka?” tanya Kyuhyun cemas, pasalnya ia melihat tangan Younghyun yang gemetar saat ia menangkup kedua pipi Jongjin.

Aniya.. aku tidak apa-apa oppa. Apa yang terjadi pada Jongjin?, kenapa ia sampai menangis seperti ini oppa?” desah Younghyun mendelik ke arah Kyuhyun.

“Jongjin ingin bertemu dengan Hae, Jagi. Nanti siang kau antarkan Jin-ah ke rumah Hae ya..” Jawab Kyuhyun seadanya sambil memungut pecahan toples dan membuangnya ke tempat sampah. Younghyun mengangguk.

“Jin-ah nanti siang kita ke rumah Hae hyung, sekarang jangan menangis lagi,” pinta Younghyun berusaha membujuk Jongjin yang masih saja terisak sejak ia datang menghampirinya sambil berlari dan memeluknya, membuat Younghyun tak sengaja langsung melepas selai di tangannya begitu saja.

Jongjin menggeleng dan kini tangisannya semakin keras. “Baiklah, Jin-ah, setelah Kyu hyung berangkat ke rumah sakit, kita juga bersiap-siap untuk pergi ke rumah Hae hyung, oke?” Jongjin seketika berhenti menangis namun masih terisak.

Jinja noona? kau tidak bohong padaku?” tanya Jongjin memastikan.

“Iya noona janji, dan sekarang kau duduk manis di meja makan, noona akan buat telur mata sapi untukmu dan Kyu hyung…” Ucap Younghyun tersenyum manis. Jongjin-pun segera duduk seperti yang Younghyun minta.

‘kriing.. kriing… kriiing’ Telepon rumah berbunyi memecah kegaduhan di kediaman keluarga Cho.

Oppa, tolong angkat telponnya, aku sedang tanggung menggoreng telur,” pinta Younghyun tanpa menoleh pada Kyuhyun yang tengah sibuk membersihkan lantai.

“Kau saja Jagi, tanganku kotor,” balas Kyuhyun berbalik menyuruh Younghyun.

Dengan berlari Younghyun menuju telpon rumah yang berada di dekat sofa. “Yeoboseyo..” Sapanya.. “Oh appa ada apa??”

Sontak Kyuhyun berdiri saat mendengar Younghyun memanggil ‘appa’. Lantas ia memandang horror Younghyun dan member isyarat padanya untuk tidak berbicara apa-apa.

“Sakit?” Mendapat signal dari Kyuhyun, Younghyun langsung mengernyit bingung. “Ah iya appa, aku sedang tidak enak badan.. ‘uhuk uhuk’ hanya batuk, untung tidak di sertai demam dan appa tidak perlu khawatir,” lirih Younghyun, berakting sebisa mungkin. Kyuhyun yang mendengar itu hanya bisa menepuk keningnya pasrah.

“Apa? I…Iya appa, aku akan segera menyuruh Kyuhyun oppa untuk segera ke rumah sakit,” Younghyun menutup telponnya. Matanya tak lepas dari mata Kyuhyun, dan mereka saling menatap horror satu sama lain.

“Aku bilang kau demam pada appa.. dan kau bilang tidak di sertai demam… huh!” lemas Kyuhyun.

“Kau tidak bilang oppa kalau kau berbohong pada appa,  jadi jangan salahkan aku,” balas Younghyun dengan nada yang kesal.

“Telurnya hangus noona!” teriak Jongjin. Ia melihat teflon yang di gunakan untuk menggoreng telur sudah mengeluarkan asap yang cukup pekat.

Baik Kyuhyun maupun Younghyun segera menuju kompor, mereka sama-sama mencoba mengangkat teflon itu, membuat mereka bersenggolan dan hampir saja telur malang itu terhempas dari teflon.

Keduanya berdecak kesal. Tapi Kyuhyun segera meninggalkan Younghyun untuk duduk di samping Jongjin yang terlihat bingung. “Ini gara-gara kau oppa…” Younghyun mengambil beberapa butir telur lagi dari dalam kulkas dan menggorengnya ulang.

Lima menit kemudian, Younghyun selesai menggoreng telurnya dan menyelipkan masing-masing telur ke dalam dua lembar roti yang sudah ia panggang tadi. Lalu ia menyuguhkannya untuk Kyuhyun dan Jongjin yang sudah menunggunya di meja makan.

“Kau mau susu atau jus, Jin-ah? Dan kau oppa mau kopi atau susu??” Tanya Younghyun yang sedang membuka lemari untuk mengambil gelas dan cangkir.

“Aku susu saja noona…”

“Aku… kopi… eh di campur susu ya Jagi…

Younghyun kembali memandang dingin Kyuhyun yang tengah membaca Koran. ‘Keadaan genting seperti ini, masih sempat-sempat ia membaca Koran..’ pikir Younghyun.

Kegaduhan pagi itu selesai dengan berangkatnya Kyuhyun ke rumah sakit. Younghyun dan Jongjin mengantar Kyuhyun di depan rumah mereka. Younghyun menghela nafas lega, saat mobil Kyuhyun meninggalkan pekarangan rumah mereka. Keduanya masuk dan segera bersiap-siap untuk tujuan mereka selanjutnya.

Setengah jam berlalu, Younghyun dan Jongjin sudah siap. Younghyun mengeluarkan mobilnya yang sudah lama terpakir di garasi rumah mereka. Sudah lama sekali Younghyun tidak menggunakannya karena Kyuhyun tidak memperbolehkannya. Dan hari ini, Younghyun mendapat ijin untuk mengendarainya lagi. Tidak ada alasan lagi, karena ia akan susah apa bila membawa Jongjin untuk menaiki kendaraan umum.

Safety belt sudah terpasang, Jongjin yang terlihat riang duduk di samping Younghyun yang sudah siap di depan kemudi mobilnya. Belum sempat ia menyalakan mesin mobil, ponsel Younghyun tiba-tiba berdering. Ia raih ponselnya yang berada dalam tas, dan memustuskan menunda sebentar perjalanannya untuk mengangkat panggilan masuk ke ponselnya. Senyumnya merekah, dilihatnya nama Donghae di layar, karena sejujurnya ia hampir lupa menghubungi Donghae dan Eunyoung walau sekedar ingin mengabarkan.

Yoboseyo,

Oppa, hampir saja aku lupa, aku dan Jongjin….” ucapan Younghyun terputus dan kini ia malah mendengarkan dengan seksama Donghae berbicara di seberang sana. Sejenak raut wajahnya serius, namun dengan cepat berubah kembali memasang senyuman sambil menoleh ke arah Jongjin di sampingnya.

“Oh, oke… ArraNe, Annyeong,” dengan cepat Younghyun memutus sambungan teleponnya dengan Donghae dan itu sedikit membuat Jongjin memandang bingung ke arahnya.

“Donghae hyung, tidak ada di rumah lagi ya, noona?” tebak Jongjin. Namja kecil itu menduga, atau lebih tepatnya ia ragu karena kemarin ia tidak bisa menemui Donghae dan Eunyoung karena pasangan suami isteri itu ada janji dengan Sungmin.

Younghyun mengangguk dan itu membuat Jongjin memasang wajah kecewa sambil menghela nafas. Younghyun tertawa kecil melihatnya, ekspresi Jongjin sangat lucu menurutnya.

“Donghae hyung dan Youngie noona memang tidak ada di rumah, Jin-ah. Mereka sedang menuju taman hiburan, dan tadi Donghae hyung bilang, kita harus menyusul ke sana,”

Jinja? Huwaa… ayo, noona, kita harus cepat, Let’s Go!excited Jongjin saat mendengar kata taman hiburan. Younghyun mengacak gemas rambut Jongjin lalu bersiap melajukan mobilnya menuju taman hiburan. Jongjin terlihat sangat bersemangat, terlebih lagi ia dapat bertemu dengan Donghae lagi di tempat yang sangat disukai semua anak-anak.

—— Will The Dreams Come True (Again)?—–

Oppa!! Kenapa tadi kau tidak membantuku membujuk petugas itu,” Marah Eunyoung, meninggalkan Donghae yang berada jauh di belakangnya. Sejak tadi, yeoja ini tak henti-hentinya mendengus kesal.

Tak mendengar tanggapan dari Donghae, Eunyoung menoleh ke belakang, memperhatikan wajah suaminya itu yang terlihat pasrah dengan pandangan kesal. Bahkan kondisinya yang tengah hamil besar pun mampu melampaui kecepatan Donghae. Eunyoung dan Donghae sudah mengitari hampir seluruh bagian dari taman ini sejak tadi, mereka mencari wahana yang bisa mereka coba. Namun hasilnya nihil, banyak wahana yang tidak memperbolehkan wanita hamil untuk mencobanya.

Helaan nafas, lagi-lagi terdengar dari hidung Donghae. Ia sudah tak tahu lagi harus bagaimana untuk membujuk yeoja-nya yang tiba-tiba menjadi keras kepala itu. Donghae tersentak, saat Eunyoung menarik tangannya agar berjalan lebih cepat dan lagi-lagi Donghae hanya bisa pasrah mengikuti arah tangannya mengikuti Eunyoung.

Jagiya, itu memang sudah menjadi peraturannya. Kau, bahkan aku pun tidak bisa mengubahnya. Kau ingin membahayakan baby kita,” bujuk Donghae dengan kalimat yang sama sejak tadi.

“Tapi oppa aku ingin menaiki wahana itu bersamamu. Terakhir kali kita kesini aku masih belum terbiasa berada di tempat ramai, dan sekarang di saat aku sudah siap, tapi mereka…” perlahan suara Eunyoung melirih dan di gantikan dengan suara isak tangis.

Segera saja, Donghae membawa Eunyoung kedalam dekapannya, memeluknya erat dengan batasan tidak menyakiti baby mereka. Eunyoung semakin terisak, mengingat ini adalah kali pertamanya ia bisa bersama dengan Donghae untuk menghabiskan waktu di taman bermain, taman impiannya, taman yang ia deklarasikan akan mengunjunginya suatu saat bersama namja yang sangat ia cintai.

Jagiya, dengarkan aku, permainan di sini tidak bagus untuk kau dan baby kita. Tolong mengertilah,” pinta Donghae dengan nada memohon, berharap yeoja itu mengerti dan tak bersedih lagi. “Lagi pula kita tadi sudah masuk ke wahana air dan theater bukan?”

“Tapi itu beda oppa,, aku ingin wahana yang ekstrim jadi aku bisa dipeluk olehmu sepanjang permainan,” ucap Eunyoung kesal. Donghae berdecak, lantas tertawa mendengar alasan isterinya. Demi apapun, ia ingin sekali memeluk erat yeoja manja di dekapannya itu.

“Hey, aku sedang memelukmu bukan? Apa masih kurang erat atau lama? Baiklah, mari kita mencari tempat untuk beristirahat sambil terus berpelukan seperti ini… Aw!! Twinky Twinky, Dipsy, Lala, Poooo~” Riang Donghae menyanyikan slogan teletubbies.

Isssh, aku bukan anak kecil oppa!” Eunyoung melepaskan pelukan Donghae secara sepihak. Semburat merah merona sempurna di wajah manisnya. Donghae kembali tertawa geli, ia berfikir mungkin bujukannya berhasil.

“Tapi kau mirip seperti Lala dengan wajah yang manis dan perutmu yang besar ini,” Donghae tersenyum seraya mengusap perut Eunyoung dengan gerakan memutar seakan ingin meraba seluruh permukaan perut Eunyoung.

Eunyoung mengerucutkan bibirnya dan Donghae dengan cepat mencium bibir itu, yang langsung kembali normal dengan rona merah parah kembali menghiasi sang pemilik bibir. “Di sini ada Poo kita.” Donghae menepuk pelan perut Eunyoung.

Omo! Sssh baby…,” ringis Eunyoung pelan sambil memejamkan matanya dan mencengkeram lengan Donghae.

“Ah, Mianhae, Baby.. appa menyakitimu, hm?” Donghae segera berlutut mensejajarkan wajahnya dengan perut Eunyoung, menangkupkan kedua tangannya dan mengecupnya lembut.

Aniya, Baby tidak marah. Baby menyukai panggilanmu tadi,” ucap Eunyoung membantu menenangkan baby-nya dengan ikut mengusap perutnya. “Eiiy, kau nakal sekali sayang kalau appa menggodamu…”

Jinjja? Aigooo, baby appa membuat appa takut saja. Cepat lahir ya saying,” Donghae beranjak bangun dan menggenggam tangan Eunyoung menuju bangku panjang yang lumayan rimbun untuk beristirahat sejenak.

Mereka berdua melepas lelah di bangku panjang di bawah pohon Ek yang sudah terlihat sangat tua namun tetap berdiri kokoh, memayungi siapa saja yang berteduh di bawahnya. Semilir angin menambah sejuk hawa siang itu yang memang cukup terik. Eunyoung mengibas-ngibaskan tangannya di wajah Donghae, sesekali ia mengusap peluh yang menetes di wajah Donghae dengan punggung tangannya.

Eunyoung akui, belakangan ini suaminya itu banyak berkeringat, saat sedang lelah. Menyesal ia tadi mengajak Donghae mengelilingi tempat ini. “Oppa aku haus,, baby juga haus,” keluh Eunyoung yang masih mengusap peluh Donghae.

“Kau mau minum apa, Jagi? Softdrink? ah anni tidak baik untuk baby kita,” tanya Donghae. Ia menggenggam tangan Eunyoung yang berada di wajahnya, menghentikan kegiatan isterinya itu. “Aku sudah tidak berkeringat lagi, Jagi. Lihat, kau malah yang terlihat lelah sepeti ini,” Donghae mengeluarkan sapu tangan grey-nya dan mengusap peluh Eunyoung.

“Sudah oppa, ayo kita beli minum… ehm.. ehm.. sepertinya aku terlalu banyak mengeluarkan suaraku hari ini,” keluh Eunyoung yang merasakan tenggorokannya kering dan perih.

“Tentu saja, kau dari tadi berteriak pada petugas penjaga, memaksa mereka agar kau bisa mencoba permainannya,” ledek Donghae, ia menyentil hidung bangir Eunyoung dengan gemas.

Appa! Anni Lee Donghae! hhhh~ Issh kenapa aku selalu tidak bisa marah padamu oppa?” Eunyoung kembali mengerucutkan bibirnya.

“Ahahaha… kau memang wanita yang lemah lembut dan penyayang, Jagi, aku tahu itu,” geli Donghae melihat Eunyoung. “Kau tunggu di sini aku akan mencarikan minuman untukmu, dan jangan lupa kau harus menarik kembali bibirmu itu, aku tidak ingin ada namja lain selain aku yang mencobanya,”

Aisssh, Lee Donghae, awas kau ya oppa!” Sebelum Eunyoung menyelesaikan kalimatnya, Donghae sudah berlalu pergi meninggalkan Eunyoung.

Waktu berselang, akhirnya Donghae kembali dengan membawa dua cup juice di tangannya. Eunyoung menyunggingkan senyum karena melihat Donghae berjalan dengan riang sambil memandang satu cup berisi liquid berwarna merah. Namun senyum itu seketika hilang, Eunyoung mengerenyit heran karena langkah Donghae terhenti di depan seorang namja yang sejak tadi sibuk menggoreskan kuas basahnya di atas kanvas.

Cukup lama Donghae berada di sana, dan terlihat tengah mendiskusikan sesuatu yang sangat menarik. Eunyoung tetap memperhatikan suaminya itu sampai mata mereka bertemu pandang. Dan seperti tersadar akan tujuan utamanya untuk membeli minuman, Donghae meninggalkan namja itu dan berjalan mendekati Eunyoung.

Mianhae lama Jagi, Donghae mengangsurkan satu cup, yang Eunyoung yakini itu adalah rasa strawberry, rasa favoritnya.

Gwaenchana, aku kira kau akan lupa kalau baby kita sudah sangat haus sejak tadi,” Eunyoung meminum minumannya sambil terus memandang namja pelukis itu. Ia sangat penasaran apa yang di bicarakan Donghae dengan namja itu. “Oppa, apa kau mengenal namja pelukis itu??” tanya Eunyoung berbasa-basi. Ia sungguh tidak ingin mencampuri masalah itu sebenarnya, tapi rasa ingin tahunya sangat kuat dan akhirnya ia bertanya pada Donghae.

“Ah tidak, aku hanya mampir melihat lukisannya, lukisannya sangat indah dan terlihat seperti asli. Kau tahu, dia sedang melukis danau yang ada di sana,” tunjuk Donghae. “Penggambaranya seungguh detail, dan view  yang ia ambil adalah view yang menjadi tempatnya duduk sekarang,” jelas Donghae dengan sangat terperinci.

“Ah aku mau melihatnya, Oppa,” Eunyoung beranjak berdiri namun Donghae menahan langkahnya.

“Kita bisa lihat nanti, aku lihat namja itu belum menyelesaikan warnanya, baru membubuhinya dengan pensil, membuat sketsa,” jelas Donghae lagi. “kau habiskan dulu minumanmu dulu dan istirahat sejenak di sini.  Kau lelah bukan? Aku pun lelah sekali.”

Eunyoung menoleh pada Donghae. “Mianhae oppa, karena aku kau menjadi lelah seperti ini.. padahal aku tahu kau tidak boleh lelah,” cemas Eunyoung, menatap Donghae dengan wajah bersalah.

Donghae menggelengkan kepalanya, wajah lelahnya tetap menyunggingkan senyum untuk isteri tercintanya itu. “Gwaenchana, Jagiya, setelah ini mungkin kita bisa mencari lagi wahana yang bisa kita coba.”

Aniya, sudah cukup oppa, aku sudah tidak ingin mencobanya lagi dan membuatmu tambah lelah. Kita di sini saja bagaimana oppa?? Sambil menunggu Hyunnie dan Jongjin dating,” Eunyoung kembali meminum minumannya.

Donghae mengangguk setuju dan ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Tangannya dengan lincah mencari icon camera dan meng-klik-nya. Ia arahkan kamera itu jauh di atas mereka dengan mengulurkan tangannya ke depan. “Senyum Jagi,, Kimchi~” tangan Donghae yang bebas merangkul Eunyoung ke dalam dekapannya.

Wait Wa—‘klik’’ Donghae tertawa geli melihat hasil bidikannya. Dalam gambar yang terekam menampilkan wajah Donghae dengan big grin-nya dan Eunyoung yang terlihat panik.

Oppa, aku bilang tunggu.. huh! Ulangi sekali lagi,” Eunyoung segera merubah posisinya dan tersenyum lebar. Donghae menurut dan mulai mengambil gambar mereka berdua. Tidak hanya sekali, mereka seperti ketagihan untuk terus menerus berpose dengan bermacam-macam gaya dan suara ‘klik’ yang disusul tawa mereka terus terdengar.

“Permisi…” Sebuah suara menginterupsi Donghae dan Eunyoung yang sibuk mengambil gambar sejak tadi. Mereka memandang heran pada namja yang tengah tersenyum di depan mereka.

“Iya ada apa?” Donghae bertanya pada namja itu. Wajahnya mengernyit heran karena namja itu tidak menjawabnya melainkan menyodorkan sebuah kanvas yang ukurannya cukup besar kepada Donghae.

“Lukisan danau-mu sudah jadi?” tanya Donghae kembali, sang pelukis hanya menggeleng. Tidak menyerah, sang namja itu menyodorkannya pada Eunyoung yang sejak tadi ia lihat memasang wajah penasaran padanya.

Omo!! Lukisan-mu sungguh indah. Donghae oppa memang seperti malaikat untukku, aku suka…” puji Eunyoung sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya, terharu.

Donghae terpaku melihat lukisan yang kini berada di tangan Eunyoung. Sebuah lukisan yang menampilkan dua insan namja dan yeoja. Yeoja yang merupakan figure Eunyoung tengah menikmati hujan di pinggir jendela, ia tumpu dagunya dengan tangan kananya yang ia letakan di bahu jendela. Sedangkan tangan kirinya menadahkan rintik hujan yang jatuh membasahi tangannya. Matanya berbinar lebar dan ia tertawa lepas bersama Donghae, figure namja yang di gambarkan sebagai seorang malaikat. Malaikat yang bertemu dengan pujaan hatinya di kala hujan turun. Sayap putihnya terkepak sempurna seakan melindungi sang yeoja agar tidak basah terkena air hujan. Ia-pun tertawa lepas seperti Eunyoung dan tangannya terulur mengusap puncak kepala Eunyoung.

‘Aku ingin menjadi malaikatmu selamanya, Jagi.’ batin Donghae. Perlahan senyum menghiasi bibirnya, walau ia tahu senyum itu adalah senyum miris, senyum yang ingin selalu ia tampilkan untuk Eunyoung.

“Lukisan danau-ku aku cancel sejenak. Aku tidak tahan melihat kalian, sepasang suami isteri yang sangat serasi dan akhirnya aku memutuskan untuk membuat satu untuk kalian,” jelas si pelukis.

“Membuatnya untuk kalian? Untuk kami? Itu berarti lukisan ini…”

“Iya.. lukisan ini untuk kau nona dan suamimu dan ini gratis,”

Jinjja? Ah kalau begitu, kamsahamnida.  Aku akan menyimpannya dengan baik, sekali lagi gomawo…” ucap Eunyoung. Namja pelukis itu pun pergi kembali ke tempatnya dan mulai melukis sesuatu.

Oppa, lukisan ini sungguh cantik…” Eunyoung tak henti-hentinya memandang kagum lukisan itu.

“Iya di sini kau terlihat sangat cantik, Jagi. Tidak menyesal aku memlikimu…”

“Aku juga tidak menyesal bertemu dengan-mu, oppa. Kau memang bagai malaikat yang di kirim Tuhan untukku,” tatap Eunyoung seraya meraba ‘Angle-Donghae’ di dalam lukisan. “Malaikat yang tampan…” gumamnya.

“Aku memang tampan, Jagi. Akhirnya isteriku ini bilang aku tampan.” Donghae menusuk-nusuk pipi Eunyoung gemas.

“Siapa yang bilang kau tampan? Malaikat yang ada di lukisan ini yang tampan,” elak Eunyoung.

“Itu kan aku, malaikat yang ada di luki…”

Aigoo… Mengapa Hyunnie dan Jongjin tidak datang-datang sih?” Potong Eunyoung, ia segera mengalihkan pembicaraan sebelum Donghae menyelesaikan kalimatnya. Donghae hanya bisa menghela nafas sedangkan Eunyoung terkikik geli akan raut wajah Donghae.

“Mungkin mereka terkena macet, lebih baik  kita makan siang dulu, ini sudah jam makan siang. Nanti coba aku hubungi Hyunnie lagi,” Donghae beranjak dan mengambil alih lukisan itu di tangannya. Eunyoung-pun mengikuti gerakan Donghae dan mengamit lengan suaminya itu. Mereka berdua jalan bersisian mencari restoran terdekat untuk mengisi perut mereka.

—— Will The Dreams Come True (Again)?—–

Setelah perjuangan panjang yang dilalui Younghyun dan Jongjin, akhirnya mereka sampai juga di taman bermain. Jongjin memandang takjub arena pusat permaianan itu. Hanya ada satu kalimat yang terlintas di kepalanya, yakni ‘luas dan ramai’. Tanpa sadar ia menggenggam tangan Younghyun dan menarik yeoja yang datang bersamanya itu untuk segera masuk ke dalam. Younghyun sedikit terkejut, pasalnya sepanjang perjalanan Jongjin hanya diam sambil menekuk wajahnya. Ia pikir namja kecil itu kesal karena harus menunggu lama karena masalah mobilnya tadi. Ya, mobil Younghyun sempat mogok di jalan, setelah cukup lama mencari bantuan akhirnya ada seorang ahjussi yang membantu mereka memperbaiki mobil.

Noona, aku belum pernah datang ke sini, aku hanya melihatnya di telivisi. Huwaaa! ini luas sekali, aku ingin mencoba semua permaiannya,” ucap Jongjin setengah berlari, menarik Younghyun agar berjalan lebih cepat.

“Iya sabar sayang, kita pergi menemui Hae hyung dan Youngie noona dulu,” balas Younghyun. Younghyun menghentikan langkahnya dan mau tidak mau Jongjin pun menurutinya. Keduanya berhenti sejenak di dekat toko souvenir. Younghyun mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Eunyoung, sementara tangannya masih dalam genggaman Jongjin.

Ya! Jin-ah, Kau mau kemana?” Younghyun terkejut karena Jongjin tiba-tiba melepaskan tangannya. Dan Younghyun yang semula ingin menghubungi Eunyoung, kembali memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.

Sedikit susah Younghyun mengejar Jongjin karena ia menggunakan heels kala itu dan Jongjin yang notabene bertubuh kecil dengan mudahnya menyusup di dalam kerumunan orang yang cukup ramai siang itu. Ia hanya mengingat kalau Jongjin berlari menuju kedai gulali yang saat itu sangat penuh. Setelah mengitari tempat penjual gulali, ia menemukan Jongjin sedang bersama yeoja kecil, yang umurnya mungkin lebih muda sedikit dari Jongjin, dan yeoja kecil itu tengah menangis tersedu-sedu di depan Jongjin. Younghyun berlutut di depan keduanya, matanya menatap Jongjin untuk meminta penjelasan dari namja ikal itu.

Noona, yeoja ini terpisah dari omma-nya. Saat ia berjalan di belakang omma-nya, ia asik saja melihat gulali itu lalu seorang namja yang katanya berbadan besar mendorongnya dan membuatnya terjatuh. Setelah itu, ia sadar kalau ia sudah terpisah oleh omma-nya,” jelas Jongjin panjang lebar dengan raut wajah cemas. “Noona bolehkah kita membantu mencari omma-nya terlebih dahulu baru menemui Hae hyung dan Youngie noona?”  tanya Jongjin sambil menarik ujung dress  yang di kenakan Younghyun.

“Tidak masalah, ayo kita cari Omma-mu saying,” usap Younghyun di kepala yeoja kecil itu. “Jangan menangis lagi, kami akan membantu mencari omma-mu. Mmm..namamu…”

“Iya, Oppa dan Hyunnie noona akan membantu mencari omma-mu,” potong Jongjin cepat, menghentikan Younghyun yang ingin melanjutkan ucapannya. Younghyun memandang heran Jongjin, dan Jongjin hanya tersenyum tanpa dosa.

“Namanya Seungbin, noona. Dia lebih muda setahun dari aku,” Jongjin memberi penjelasan lebih lanjut pada Younghyun. “Okeeh… omma-mu tadi pakai baju warna apa? Tasnya apa? Ah iya, rambutnya panjang atau pendek?” Yang di tanya hanya terus menangis dan tidak menjawab pertanyaan Jongjin sama sekali. Younghyun menahan tawanya melihat Jongjin yang mirip seperti Kyuhyun, yang selalu menganalisa sesuatu sampai ke dalamnya.

Uljima, Onnie hanya butuh nama omma-mu, agar kita cepat bertemu dengan omma-mu,” Younghyun menyeka air mata Seungbin dengan tissue yang ia bawa.

“Ayo siapa nama omma-mu, Seungbin-ah??” tanya Jongjin tidak sabar.

“Park Seulgi..” Jawab Seungbin di sela isak tangisnya.

Kajja kita cari omma-mu, Kau bisa jalan kan?? Atau kau mau oppa menggendongmu?” Seungbin mengangguk dan ia berdiri dibantu Jongjin. Lagi-lagi Younghyun menahan tawanya, karena Jongjin serius sekali berbicara pada Seungbin dan bahkan ingin menggendongnya, padahal tinggi yeoja itu hampir menyamainya.

Mereka berjalan bersisian dengan Seungbin berada di tengah mereka dan Younghyun serta Jongjin mengapit yeoja kecil nan manis itu. Tujuan Younghyun adalah membawa dua bocah kecil itu menuju tempat informasi, untuk mengumumkan nama dari Omma-nya Seungbin.

Noona kita menunggu sampai omma Seungbin datang ya?” pinta Jongjin pada Younghyun yang sibuk berbicara dengan petugas informasi.

Arasseo, kita menunggu sampai omma-nya Seungbin dating,” Younghyun mengusap rambut Jongjin gemas.

“tapi aku bisa bertemu dengan omma lagi kan?” tanya Seungbin setelah nama omma-nya mengudara di seluruh penjuru taman bermain.

“Pasti sayang, kau jangan menangis lagi supaya omma-mu cepat dating,” bujuk Younghyun. Seungbin mengangguk dan menghapus jejak airmatanya dengan punggung lenganya.

“Anak pintar…” puji Jongjin, sambil memerhatikan Seungbin lekat yang tengah memerhatikan telapak tangannya. “Ah tanganmu terluka, Seungbin-ah, sakitkah?” tanya Jongjin, meraih tangan kecil Seungbin, kemudian meniupnya pelan.

Seungbin menahan perih dan matanya kembali menganak airmata. Jongjin kembali cemas di buatnya. Younghyun mengeluarkan kotak kecil yang berisi P3K, pemberian Kyuhyun saat ulang tahunnya semasa kuliah dulu. Konyol memang, memberikan kado ulang tahun dengan sebuah kotak P3K, tapi itu tak akan pernah di lupakan oleh Younghyun, kado yang sangat spesial dan isinya-pun sangat spesial.

“Hyun Couple” Seungbin mengeja tulisan ‘latin’ yang tertera di permukan plester berwarna baby blue yang ia kenakan itu. Jongjin mendekat dan mencoba membacanya juga. Younghyun yang mendengar itu bersemu merah, mengingat kenangan manis waktu kuliah dulu.

Couple itu artinya pasangan, dan Hyun itu ujung nama mereka, Younghyun dan Kyuhyun,” jelas Jongjin sok tahu. Seungbin menganggukan kepalanya. “Ah aku juga punya permen, kau mau Seungbin-ah?” Jongjin merogoh kantongnya. Ia selalu mempunyai banyak persediaan permen di kantongnya. “Pilih saja, dan ambil sesuka hatimu. Oppa masih punya banyak di rumah…”

.

“Aku mau yang pink, coklat, dan yang ungu. Gomawo oppa,” Seungbin membuka permen pertamanya yang berwarna ungu.

Kedua bocah kecil itu duduk tenang di bangku tunggu yang tersedia di pusat informasi. Jongjin sedari tadi terlihat banyak bercerita dan masih berusaha membuat Seungbin tenang dan berhenti cemas. Younghyun yang duduk tidak jauh dari mereka, menatapnya dengan senyuman. Pasalnya Jongjin bersikap dewasa sekali dari tadi, dan berbeda sekali dengan jongjin tadi pagi yang merajuk minta bertemu dengan Donghae.

Omma!!”  Seungbin turun dari bangku tunggu sambil berteriak dan berlari menuju seorang yeoja yang baru masuk ke dalam kantor informasi. “Omma…” Seungbin kembali menangis.

“Sssh Jangan menangis, Omma sudah ada di sini. Maafkan Omma sayang, omma juga mencarimu tadi,” Park Seulgi, Omma Seungbin memeluk puterinya itu erat.

“Aku ditolong oleh Jongjin oppa saat aku terjatuh di dekat kedai gulali, Omma. Dan aku di beri permen ini,” ceria Seungbin, memamerkan dua permen yang tersisa di tangannya.

Gomawo, ummm-”

“Younghyun, Lee Younghyun…”

Gomawo Younghyun-ssi. Kau dan puteramu, Jongjin telah menolong puteriku ini. Jeongmal gomawo…” Seulgi membungkukkan tubuhnya.

“Ah jangan seperti itu, Seulgi-ssi, itu sudah kewajiban kami menolong yeoja manis ini,” Younghyun mengacak-acak rambut Seungbin.

“Kau sepertinya masih muda dibanding aku. Puteramu sungguh baik sekali mau menolong puteriku. Ah lebih baik kita makan siang bersama, bagaimana?? Anggap saja ini untuk membalas budi kalian,” Ajak Seulgi ramah.

“Ah tidak usah, Seulgi-sii, kami sudah ada janji dengan temanku di sini. Gomawo ajakannya…” balas Younghyun mengamit bahu Jongjin yang tengah bersandar di tubuhnya.

“Sayang sekali kalau begitu. Ya sudah kami pergi duluan, sekali lagi gomawo Younghyun ssi…” Seulgi kembali membungkukkan tubuhnya dan Younghyun membalasnya. “Ayo ucapkan terimakasih dan sampai jumpa pada oppa, saying,” pinta Seulgi pada Seungbin.

Oppa Gomawo, Annyeong. Kalau kita bertemu kembali aku akan memberikanmu permen yang banyak,” ucap Seungbin melambaikan tangannya.

“Tunggu Seungbin-ah..” Panggil Jongjin, ia melepaskan tas ranselnya dan menurunkannya ke lantai. Tangannya mengaduk-aduk isi tas. Sebuah kantong kecil berjaring dengan banyak permen berada di dalamnya ia keluarkan. “Ini untukmu Seungbin-ah, aku tahu kau suka sekali permen dan gulali. Makannya satu hari satu saja ya, agar gigimu tidak cepat rusak.”

“Baik, oppa. Gomawo, waah banyak sekali,” Seungbin menerimanya dengan mata berbinar senang. Seungbin dan omma-nya-pun berlalu meninggalkan Younghyun dan Jongjin.

“Aish aku lupa menghubungi, Young-ah!” Younghyun merutuki dirinya dan segera menelpon Eunyoung. “Yeoboseyo?… Iya, aku masih di tempat informasi… apa.. kau bicara apa Young-ah… buka Jongjin, aish kau ada di mana sih? Berisik seka- ‘tut tut tut’..” Younghyun memandang tidak percaya pada layar ponselnya yang kembali menjadi sebuah wallpaper. “Kajja~ Jongjin-ah….”

Noona…” lirih Jongjin.

“Kau kenapa sayang? kau menangis??” panik Younghyun, pasalnya tadi Jongjin baru saja bersikap dewasa sekali di depan Seungbin dan sekarang ia menangis menatap kosong ke arah depan.

Omma… Aku kangen Omma, noona…” Jongjin membenamkan wajahnya di perut Younghyun dan tangannya mendekap tubuh Younghyun erat.

Younghyun terdiam, ia mengerti kesedihan Jongjin bahkan ia ikut melinangkan air matanya. Ia usap kepala Jongjin lembut. “Omma..” gumam Jongjin terus menerus.

“Jongjin-ah…” Panggil Younghyun, Jongjin menengadah menatap Younghyun. “Kau bisa memanggilku omma kalau kau mau, Noona bersedia menjadi omma-mu…”

Noona… benarkah noona?? Kau mau menjadi omma-ku?” Younghyun mengangguk dan tersenyum. Ia angkat tubuh Jongjin ke dalam gendongannya. “Omma…” Jongjin melingkarkan tangannya di leher Younghyun dan kembali menenggelamkan wajahnya di bahu Younghyun.

“Iya sayang… Aku omma-mu sekarang…” Airmata Younghyun benar-benar membasahi pipinya sekarang. “Omma akan selalu ada di sisi-mu, Jongjin-ahGomawo sudah memanggilku dengan sebutan omma…” peluk Younghyun erat, seraya mengecup kening Jongjin yang tersenyum manis menatapnya.

“Hyunnie, apa Jongjin sudah di temukan?” panik Eunyoung yang kala itu baru saja datang bersama Donghae. Mereka melihat Younghyun tengah menggendong Jongjin di depan pusat informasi dan keduanya tengah menangis.

“Hyunnie kau tidak apa-apa??” tanya Donghae, ia mengambil alih Jongjin dari gendongan Younghyun setelah ia meletakkan lukisan yang ia pegang tadi di atas bangku. Younghyun semakin menangis saat Eunyoung memeluknya, mencoba menenangkan.

“Kau tadi hilang Jin-ah??” Jongjin menggeleng dan menatap Younghyun yang masih menangis di pelukan Eunyoung. “Hyun noona menjadi omma-ku sekarang, hyung. Tolong turunkan aku…” Donghae masih mencerna apa yang baru saja di katakan oleh Jongjin dan ia menurut, menurunkan Jongjin.

Omma… ayo kita mencoba permainan di sini,” Younghyun melepaskan pelukan Eunyoung. Eunyoung dan Donghae masih terpaku melihat Jongjin yang memanggil Younghyun dengan sebutan ‘omma’.

“Kau harus memberi penjelasan pada kami, Hyunnie. Apa yang membuatmu menangis dan mengapa Jongjin memanggilmu omma?” Eunyoung mencoba meminta penjelasan pada Younghyun.

“Jongjin tidak hilang, Hae oppa. Tadi kami hanya membantu yeoja kecil menemukan omma-nya dan akhirnya…” Younghyun tidak bisa melanjutkan kalimatnya, ia hanya menggenggam erat tangan Jongjin erat.

Donghae dan Eunyoung mengangguk mengerti. Seutas senyum seketika merekah di bibir keduanya. “Waah Chukkae, Hyunnie…” Ucap Eunyoung senang, ia ikut merasakan kebahagiaan yang terpancar di wajah Younghyun. “Dan kau juga, Jongjin-ah..”

Gomawo, noona…” balas Jongjin.

“Oiya, Kyu bilang tadi dia mencoba menghubungi tapi kau tidak mengangkat panggilannya dan mungkin sekarang ia sudah sampai di sini. Tadi aku sudah memberitahunya kami akan menemuimu di pusat informasi” Donghae menyimpan ponselnya kembali setelah mengirimi Kyuhyun sebuah pesan.

Appa!!!” Jongjin berlari memeluk Kyuhyun yang baru saja datang. “Kau appa-ku sekarang,” Donghae, Eunyoung dan Younghyun hanya bisa tertawa geli melihat kebingungan di wajah Kyuhyun. “Appa akhirnya kau datang juga, aku merindukanmu,” Jongjin meringsek memeluk kaki Kyuhyun.

Younghyun-pun menjelaskan mengapa Jongjin bisa memanggilnya dengan sebutan ‘appa’. Kyuhyun mengangguk mengerti, lalu ia berlutut seraya merentangkan tangannya. Jongjin dengan senang hati masuk ke dalam pelukan Kyuhyun.

Appa, omma.. kajja~ kita mencoba permainan di sini,” riang Jongjin, menggandeng tangan Younghyun dan Kyuhyun di kanan kirinya. Donghae dan Eunyoung-pun mengikuti keluarga kecil bahagia di depanya itu sambil bergandengan tangan.

—— Will The Dreams Come True (Again)?—–

Malam menjelang, Kyuhyun berinisiatif mengajak Younghyun, Jongjin, Donghae dan juga Eunyoung ke suatu tempat untuk makan malam. Suatu tempat yang mempunyai kenangan bagi dua pasang suami isteri itu, terlebih lagi bagi Eunyoung dan Donghae. Tempat di mana Eunyoung mulai kembali menampakan senyumnya setelah sebelumnya cemas akan kondisi Donghae. Tempat di mana Kyuhyun dan Younghyun bernyanyi untuk pertama kalinya di depan banyak orang hanya untuk memberi hadiah ulang tahun untuk Eunyoung.

Selang beberapa bulan, tak ada yang berubah saat kedua pasangan ini memasuki tempat itu. Suasana masih sama seperti dahulu, baik penempatan furniture maupun dekorasinya. Seorang pelayan menuntun mereka menuju salah satu corner yang menyediakan pemandangan taman hiburan di kala malam yang eksotis. Sebuah meja dengan dua buah sofa nyaman yang saling berhadapan telah di pilihkan oleh sang pelayan untuk dua keluarga kecil ini. Donghae Eunyoung mengambil posisi duduk di sebelah kanan dan Kyuhyun Younghyun serta Jongjin mengambil di sisi kiri.

“Kenapa Jin-ah, kau tidak mau duduk?” tanya Kyuhyun bingung, Jongjin tetap menggantung di tanganya.

Jongjin hanya menggeleng, ia menatap Younghyun dan Donghae secara bergantian, seakan menimang sesuatu. “Umm aku mau duduk di samping Hae hyung, appa. Tapi aku juga ingin duduk di samping omma,” ucap Jongjin dengan wajah polosnya.

Semua tertawa, bahkan sang pelayan pun yang sejak tadi masih setia menunggu mereka mengambil posisi masing-masing, ikut tertawa. “Kau duduk di dekat Omma dan Appa saja, Jin-ah… kita masih bisa berhadap-hadapan kan? Tenang, hyung tidak akan kemana-mana,” Donghae mencoba memberi solusi pada Jongjin yang masih terlihat bingung.

“Umm oke, aku duduk di antara appa dan omma, hyung dan noona duduk di depanku,” putus Jongjin akhirnya. Ia pun turun dari gendongan Kyuhyun dan duduk di samping Younghyun, disusul Kyuhyun yang ikut duduk sehingga posisi Jongjin berada di tengah.

“Anak pintar!” Younghyun mengecup puncak kepala Jongjin dengan gemas. “Omma juga ingin duduk di sampingmu, sayang,” sambung Younghyun, membuat semua yang berada di sana mengulum senyum, melihat interaksi Younghyun dan Jongjin.

Buku menu disodorkan oleh sang pelayan pada dua keluarga kecil itu. Donghae dan Eunyoung dengan cepat memilih menu makan malam mereka. Mereka memilih seafood stew untuk berdua dan strawberry juice. Sedangkan Kyuhyun dan Younghyun masih melihat-lihat menu yang ada, dan Jongjin pun terlihat bingung memilih makan malamnya. Ia memasang wajah ‘wow’ saat melihat beberapa gambar menu yang tersedia.

Omma  aku mau ice cream ya?” ucap Jongjin saat melihat gambar ice cream yang sangat menggugah selera di menu desert.

“Baiklah, tapi kau harus makan dulu, baru makan ice cream. Oke?” Younghyun mengangguk mengacak gemas rambut ikal namja kecil di sampingnya.

Jongjin yang kecewa, mengerucutkan bibirnya lalu pandangannya beralih ke Kyuhyun di samping kirinya . “Aku maunya sekarang.. boleh ya appa,” pinta Jongjin lagi yang kali ini meminta dukungan dari Kyuhyun.

Aniya, benar kata Omma,” tolak Kyuhyun singkat lalu mengalihkan pandangannya kembali ke buku menu menghindari tatapan Jongjin yang memohon.

Omma, aku janji menghabiskan makananku, tapi aku mau ice cream dulu,” namja kecil itu kembali memohon sambil merajuk. Younghyun pun akhirnya hanya bisa mendesah pasrah.

“Baiklah, kau bisa makan itu sekarang sayang…”

Asiik! Aku mau toping cotton candy dan chocohip ya omma,” pinta Jongjin lagi, dan Younghyun lagi-lagi hanya menganguk sambil tersenyum. Kyuhyun berdecak tidak suka. Tapi apa daya, ia tidak bisa menolak keputusan Younghyun.

Suasana malam itu terasa hangat. terutama Younghyun, yang malam itu tak pernah berhenti memandang Jongjin dengan senyum yang terus terpatri di bibirnya. Begitu pula dengan Jongjin, lengkap rasanya, kini ia sudah memiliki Appa dan Omma baru yang ia impikan sejak kepergian omma-nya untuk selama-lamanya. Donghae dan terutama Eunyoung turut senang melihat kebahagian yang terpancar dari wajah Younghyun.

Jongjin dengan riang bercerita tentang yeoja kecil yang ia tolong tadi di taman hiburan pada Donghae dan Eunyoung. Dengan bangga ia berucap kalau ia seperti Superman yang akan membantu orang yang dalam kesulitan dan cita-citanya ingin jadi Superman jika besar nanti. Tawa dan canda menggema di meja mereka, tamu lain pun yang berada di dekat mereka seakan terbawa aura bahagia Jongjin dan tidak terganggu sama sekali dengan suara cempreng Jongjin saat bercerita.

Sejenak Eunyoung memandang tangan kirinya yang sedari tadi digenggam oleh Donghae. Senyum terkembang di wajah Eunyoung. Walau tangan itu hanya terlihat oleh Eunyoung, karena Donghae menggenggam tangan Eunyoung dari balik meja.

“Kenapa Jagiya? Apa ada sesuatu? Baby nakal lagi?” Tanya Donghae heran karena Eunyoung menunduk. Eunyoung menggelengkan kepalanya, dan ia memberikan kode dengan gerakan tangannya yang di genggam Donghae.

Aniya,, aku senang ada tangan hangat yang menggenggam tanganku sejak tadi… dan tangan ini adalah tangan dari seorang appa dari baby yang ada di dalam sini…” Eunyoung membawa tangan Donghae ke atas perutnya. Sebuah gerakan kecil tercipta dari dalam perut Eunyoung yang sudah membesar itu.

“Ah baby, kau senang malam ini hmm??” Tanya Donghae sambil mengusap perut Eunyoung.

“Sangat appa..” Jawab Eunyoung dengan suara yang ia samarkan seperti suara baby.

“Apa tadi baby Youngie noona yang bicara?” Celetuk Jongjin, ia berusaha berdiri melihat perut Eunyoung dari balik meja. Semua kembali tertawa dengan ucapan Jongjin.

Tidak beberapa lama, pelayan kembali datang dengan membawa pesanan mereka. Seafood stew dan strawberry juice tersaji di hadapan Eunyoung dan Donghae. Sedangkan beef tenderloin steak tertata rapi di hadapan Younghyun dan Kyuhyun. Dan namja kecil di tengah-tengah mereka justru dengan segera menyingkirkan chicken steak di hadapannya lalu meraih satu gelas besar ice cream pesanannya.

Jongjin begitu berbinar menikmati ice cream double cokelat dan vanila. Tidak peduli kalau sekitar bibir dan mulutnya penuh dengan ice cream cokelat. Chicken steak yang dipesankan Kyuhyun belum sedikit pun di sentuh oleh namja kecil yang ternyata pecinta ice cream itu. Merasa terganggu dengan noda di sekitaar mulutnya, dengan spontan ia menyekanya dengan telapak tangannya.

Aigoo, Jin-ah, lihat telapak tanganmu, kau bisa secara tidak sadar menyekanya ke pakaianmu dan pakaianmu bisa kotor,” layaknya seorang ibu memarahi anaknya, Younghyun menaikan sedikit nada bicaranya sambil membersihkan telapak tangan Jongjin dengan tissue.

Mianhae, Omma…” ucap Jongjin dengan nada takut.

“Seharusnya kau bisa menyekanya dengan tissue, sayang. Aigoo, kau tahu Jin-ah, kau seperti badut di taman hiburan tadi, hihihi…” Younghyun tertawa kecil dengan maksud tidak membuat Jongjin takut karena tadi berbicara sedikit keras tadi pada namja kecil itu.

Donghae, Eunyoung dan Kyuhyun ikut tertawa melihat Jongjin memajukan bibir bawahnya saat Younghyun menyebutnya seperti badut. Dengan telaten Younghyun juga menyeka mulut dan pipi Jongjin yang masih berantakan dengan noda ice cream cokelat. Younghyun memang sangat berbakat jadi seorang ibu, bahkan banyak menyangka kalau Jongjin memang anaknya.

“Sepertinya kita harus mencuci tangan dan pipimu dengan air, Jin-ah. Kajja! kita ke toilet,” Jongjin menuruti perkataan Younghyun. Ia langsung bangkit dari tempat duduknya, dan mengikuti Younghyun yang menggandeng tangannya.

Donghae, Kyuhyun dan Eunyoung hanya bisa menggelengkan kepala melihat sosok Jongjin yang memang khas-nya anak kecil. Maklum sejak tadi di taman hiburan, Jongjin terlihat sangat excited karena menurutnya baru pertama kali ia melihat taman hiburan sebesar itu.

Aigoo, anak itu… pantas saja, kau sangat terkesan dengannya, Oppa. Ia anak yang pintar, dan periang,” ujar Eunyoung.

ne, ia anak yang pintar, periang dan ia ternyata seperti kau, Kyu. Ia banyak bicara, kalian cocok sekali bagai ayah dan anak kandung,” Kyuhyun tersenyum mendengar analisa Donghae. Sejujurnya ia membenarkan perkataan Donghae, memang Jongjin mirip dengannya. Beberapa hari bersama Jongjin, membuatnya semakin kagum dengan anak itu, bahkan mereka mempunyai hobi yang sama, bermain game.

“tapi Jongjin sangat suka sayur, aku tidak…” sanggah Kyuhyun dan membuat Donghae yang sedang minum hampir tersedak. Donghae menahan tawa, melihat ekspresi Kyuhyun yang berubah seketika saat melihat wortel, buncis dan kacang polong yang tersisa di piringnya, sedangkan beef steak-nya habis tak tersisa.

“Kau itu aneh, Oppa, sayur kan sangat bagus untuk tubuhmu, bayangkan kalau tubuhmu tidak seimbang, dan hanya berisi protein, lalu serat untuk pencernaanmu kau dapat dari mana?” ucap Eunyoung yang menyudahi makannya dan berinisiatif memotong chicken steak agar Jongjin lebih mudah menyantapnya.

“Hei, jadi siapa di sini dokternya? Young-ah, bahkan kau cocok jadi konsultan gizi untuk pasien di rumah sakit,” sindir Kyuhyun.

“Bukan seperti itu, Oppa. Aku banyak baca buku tentang beberapa masakan yang bagus untuk pencernaan,” jelas Eunyoung singkat. Sebenarnya kegiatannya itu ia lakukan untuk Donghae. Selama Donghae sakit, Eunyoung banyak membantu memilihkan beberapa makanan untuk suaminya, terlebih lagi penyakit Donghae memang berhubungan dengan pencernaan.

Donghae tersenyum tipis, Eunyoung secara tidak langsung mengingatkannya kembali pada sakitnya. Padahal sedari tadi ia berusaha tidak membahas masalah itu, meskipun hari itu beberapa kali sakit di perutnya kembali terasa. Namun bagai aktor handal, Donghae hanya bisa memasang senyum agar tidak merusak kebahagiaan orang-orang di sekitarnya. Ada sedikit rasa menyesal terselip dalam dirinya. Kenyataan bahwa ia sakit memang tidak bisa dipungkiri.

Aigoo, sudah berapa gelas air putih yang kau minum, Hae? Ckck… bahkan dari tadi kau sudah menghabiskan satu pitcher air putih…” Donghae tersadar dari lamunannya, memang ia banyak minum semata-mata untuk mengurangi sedikit mual yang ia rasa.

“Waaah… wajah badutnya menghilang dari wajahmu Jin-ah… hehehe…” seru Eunyoung mengalihkan perhatian Kyuhyun dan Donghae saat Jongjin kembali ke meja mereka dan Younghyun menyusulnya di belakang.

“dan sekarang ada Jongjin yang tampan, benar bukan, Jin-ah?” ucap Donghae dan dibalas senyuman lebar Jongjin.

Cha… noona sudah potong steak-nya agar Jongjin mudah memakannya, dari tadi kau belum memakannya kan, karena sibuk dengan ice cream, “ Eunyoung mengangsurkan piring berisi steak yang sudah dipotong kecil-kecil untuk sekali suapan ke hadapan Jongjin.

Gomawo, Noona…” ucap Jongjin dengan suara cempreng-nya yang khas dan sekali lagi memasang senyumannya.

Jongjin tampak menikmati steak yang dipesankan Kyuhyun untuknya. Meskipun sudah menghabiskan satu porsi besar ice cream, sesuai janjinya pada Younghyun, Jongjin akan menghabiskan makan malamnya.

“Kalian tahu? melihat kalian bertiga tadi di taman hiburan, aku jadi semakin menantikan anakku lahir dan bermain-main di taman hiburan bersama,” ucap Donghae. “kalau baby Hyung nanti sudah lahir, kau mau menemaninya bermain kan Jin-ah?” anggukan pasti terlihat dari Jongjin. Ia melakukan itu karena tidak bisa menjawab pertanyaan Donghae karena masih mengunyah makanannya.

Oppa, Jongjin sedang makan, nanti tersedak kalau diajak bicara,” protes Eunyoung melihat susahnya Jongjin menjawab. Eunyoung tersenyum, membayangkan apa yang dikatakan suaminya, dan semakin tidak sabar menunggu Hae junior lahir.

“Ehm… aku permisi ke toilet ya, sepertinya efek minum terlalu banyak bereaksi dengan cepat, hehehe…” Donghae beranjak dari duduknya dan entah sadar atau tidak, ia mengelus kepala Eunyoung dengan lembut sebelum berjalan menuju toilet.

Eunyoung tersenyum, mengingat Donghae yang mengabulkan permintaannya tadi pagi walaupun ia tahu kalau tidak mungkin yeoja hamil seperti dirinya bermain di taman hiburan. Tanpa sadar pandangan Eunyoung tidak lepas dari punggung Donghae yang menjauh dari meja dan seketika senyumnya pun pudar saat ia tidak dapat melihatnya lagi karena terhalang dinding.

“Young-ah…? Apa ada yang salah dengan baby?” penasaran Younghyun yang menangkap wjah Eunyoung yang dengan cepat berubah. “Young-ah…?” panggilnya lagi karena Eunyoung masih diam dan tampak berpikir.

“Young-ah…?” kali ini Kyuhyun yang mulai menyadarinya mencoba memanggil yeoja itu kembali.

“Oh, ne?” kaget Eunyoung saat Younghyun mengambil gelas dari tangannya yang dari tadi ia genggam.

“Apa ada yang salah dengan baby? Kenapa wajahmu berubah seperti itu, hm?” tanya Younghyun. Eunyoung hanya menggeleng dan tersenyum pada Younghyun dan Kyuhyun.

“Sssshhh,,, appa…” tiba-tiba Jongjin berdesis dan bergerak gelisah sambil menarik lengan baju Kyuhyun. “Aku mau ke toilet…” lirihnya.

“eoh?” jawab Kyuhyun bingung.

“Oh, Jin-ah, tahan sebentar biar Omma antar…”

“Biar aku yang antar, Jagi… lagipula aku bisa mengantarnya sampai dalam toilet…” usul Kyuhyun cepat, karena Jongjin sudah dahulu beranjak dari duduknya dan Kyuhyun segera mengikuti langkah kecil Jongjin. Selain alasan itu, Kyuhyun merasa Eunyoung memikirkan sesuatu dan biasanya ia akan lebih terbuka dengan Younghyun, maka dari itu Kyuhyun meninggalkan mereka berdua berbicara.

Eunyoung masih terlihat murung, bahkan dari tadi cenderung terlihat berpikir entah tentang apa. Younghyun pun yang masih penasaran kembali menyentuh tangan Eunyoung yang memainkan tissue di atas meja.

“Ada apa, Young-ah?” tanya Younghyun to the point.

Aniya, aku hanya merasa hari ini Hae oppa sedikit lelah, aku yang memintanya ke taman hiburan, aku takut…”

OmmaNoona!!!” lengkingan suara khas Jongjin terdengar dari kejauhan. Belum lama rasanya Jongjin pamit ke toilet, dan ia sudah kembali menghampiri Eunyoung dan Younghyun sambil berseru panik dan menangis.

“Jin-ah? Ada apa? Kenapa kau menangis?” panik Younghyun yang langsung berlutut menyejajarkan tingginya dengan Jongjin, saat Jongjin sampai di meja mereka.

Jongjin menangis tanpa henti, air mata membasahi pipi chubby-nya. Sesekali ia tersengal, mengatur nafasnya yang habis berlari.

“Hae Hyung…” ucapnya terputus. Eunyoung langsung berdiri, terkejut dan mulai cemas.

“Arrghh…” Eunyoung mengerang, kontraksi kembali terjadi di perutnya. Younghyun yang bingung, panik sekaligus cemas menahan tubuh Eunyoung yang sedikit limbung.

“Young-ah, tenang sedikit… Baby, mian, kau terkejut ya sayang,” ucap Younghyun berusaha menenangkan dengan mengelus perut Eunyoung. Jongjin masih menangis walau tidak terlalu. Tidak lama terdengar bunyi ambulance di depan restoran, dan terlihat Kyuhyun yang setengah berlari sambil mengangkat tubuh Donghae yang tidak sadarkan diri menuju pintu keluar.

Oppa!” Eunyoung bangkit dari duduknya, kembali terkejut dengan apa yang ia lihat. Air matanya tumpah begitu saja membasahai pipinya. Dengan susah payah Eunyoung menegakkan tubuhnya dan berusaha menyusul Kyuhyun keluar restoran. Younghyun dan Jongjin pun dengan sigap membantu Eunyoung keluar dari restoran walau keduanya pun sama shock-nya.

Benar saja, sesampainya di luar Donghae sudah berada di dalam ambulance dengan oksigen sudah terpasang di mulutnya. Eunyoung histeris berusaha menghampiri Donghae, namun ditahan oleh Kyuhyun.

Oppa, andwae… aku mau di sampingnya, Oppa, aku mohon,” Eunyoung terus meronta, tangan Kyuhyun yang menggenggam bahu Eunyoung pun hampir ditepisnya. Kyuhyun dengan segera memeluk Eunyoung erat namun tidak menekan perutnya, ia lakukan itu agar Eunyoung sedikit tenang.

“Ssstt… Hae baik-baik saja… kalau kau tidak tenang, baby akan shock, Young-ah…” Kyuhyun berbisik lirih tepat di telinga Eunyoung, layaknya seorang oppa. Younghyun pun masih berusaha menenangkan Jongjin yang dari tadi belum berhenti menangis. Namja kecil itu nampaknya trauma dengan kejadian hidupnya.

Eunyoung masih terisak namun perlahan mulai tenang. Kyuhyun melepaskan dekapannya lalu membimbing Eunyoung menuju mobil Younghyun. Kemudian ia menghampiri Younghyun yang menggendong Jongjin yang terisak. Ia berusaha terlihat tenang, mengusap air mata di wajah Younghyun dan Jongjin bergantian lalu mengambil alih Jongjin dari isterinya itu.

Jagi… aku percaya kau mampu, kau harus lebih tenang dari Eunyoung, Hae tidak apa-apa, aku yakin, dan kau harus yakin… aku dan Jongjin akan menemani Hae di ambulance, aku percaya padamu Jagi… kita bertemu di rumah sakit, oke?” ucap Kyuhyun panjang. Ia elus lembut pipi Younghyun berusaha meyakinkan dan membuat isterinya tenang.

Younghyun mengangguk pasti, ia usap lembut rambut Jongjin yang masih terisak. Kyuhyun tersenyum, ia kecup kening Younghyun dengan lembut sebelum masuk ke dalam ambulance. Younghyun pun berusaha setenang mungkin mulai menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.

—— Will The Dreams Come True (Again)?—–

Suasana pagi yang sangat tidak asing bagi Donghae dalam beberapa bulan ini. Matanya sudah terbuka sempurna namun ia masih terbaring di ruang perawatan rumah sakit dengan jarum infus menancap di lengan kirinya. Kejadian semalam sungguh bukan kehendaknya, ia hanya merasakan mual yang berlebihan ditambah kepalanya trasa sedikit berat, dan akhirnya ia tidak sadarkan diri di toilet.

Donghae menerawang jauh menatap dinding kamar rawatnya, hanya satu nama yang mengisi kepalanya, Eunyoung. Semalam saat sadar, ia melihat Eunyoung yang terlelap tidur di samping Ryeowook di sofa, matanya sembab dan sedikit pucat. Ada sedikit rasa bersalah lagi menghinggapi dirinya. Ia sangat yakin kalau isterinya itu cemas, sedih dan panik.

“Ah, Jagi, mianhae…” gumamnya.

Ia edarkan pandangannya, mencari sosok yeoja yang sangat ia cintai itu. Namun sosok yang ia cari pun tidak ia tangkap oleh indera penglihatannya. Sinar matahari sudah memenuhi ruangan, Donghae mencoba bangun dari posisi berbaringnya. Sedikit susah, karena jarum infus membuat lengannya sedikit kebas.

Oppa, kau sudah bangun?” yeoja yang dari tadi ia cemaskan memasuki ruangan dengan senyuman terukir manis di wajahnya. Melihat senyum itu, Donghae pun bernafas lega dan ikut tersenyum menyambutnya walau raut cemas masih terlihat di wajah pucatnya.

“Kau dari mana, Jagi? Ehm… Ehm…” tanya Donghae dengan suara yang sedikit parau. Eunyoung yang mendengar Donghae berdehem karena tenggorokannya kering, lantas mengubah langkah kakinya menuju dispenser terlebih dahulu untuk mengambilkan minum untuk suaminya.

“Oh aku habis jalan pagi di sekitar taman oppaBaby sudah banyak bergerak sekarang, jadi omma-nya harus banyak berolah raga..” Jawab Eunyoung. Sebenarnya ia berjalan-jalan agar merilekskan pikirannya mengenai keadaan Donghae dan ia tak mau wajah cemasnya terbaca oleh suaminya itu.

Eunyoung mengangsurkan segelas air putih pada Donghae dengan senyuman yag tidak lepas dari bibirnya, meskipun Donghae terus mencoba mencari raut cemas dalam wajahnya.

“Kau kenapa melihatku seperti itu, oppa?” ucap Eunyoung bermaksud menghentikan tatapan cemas Donghae padanya.

Ne? Ah, aniya, memang tidak boleh aku memandangi wajah isteriku yang cantik ini, hm?” Donghae mencubit gemas pipi Eunyoung yang terlihat sedikit chubby semenjak hamil.

“Ishh,, masih pagi, dan kau sudah menggodaku, Oppa? Baby, appa-mu genit sekali,” pipi Eunyoung bersemu merah, entah mengapa meskipun sudah seringkali Donghae bersikap seperti itu tetap saja Eunyoung tersipu. Donghae tersenyum dan ikut mengelus perut Eunyoung, menyapa bayinya pagi itu.

“Duduklah, kau pasti lelah setelah habis berjalan,” Donghae menepuk space kosong di sampingnya lalu menarik Eunyoung untuk duduk bersandar di sampingnya. Dengan perlahan Eunyoung menuruti Donghae, ia naik ke tempat tidur dan memposisikan dirinya bersandar di kepala tempat tidur. Donghae sengaja mengubah bantalnya untuk menyangga punggung Eunyoung agar isterinya bisa bersandar dengan nyaman.

“Huff… baby, kapan kau lahir, nak?” keluh Eunyoung sambil mencoba meluruskan kakinya yang  memang terasa sedikit pegal.

Donghae tersenyum, mengelus perut isterinya dengan lembut, “Mianhae, sayang, appa pasti sering mengejutkanmu ya? Semalam kau baik-baik saja kan?” secara tersirat Donghae mengatakan penyesalannya atas kondisinya semalam. Ia tahu, pasti Eunyoung shock dan sudah pasti bayi dalam kandungannya pun ikut shock.

Eunyoung terdiam lalu ia genggam tangan Donghae yang berada di atas perutnya dengan kedua tangannya. Erat. Lalu ia bawa genggaman tangan itu menyentuh wajahnya.

Oppa, kau tidak mau senyuman di wajahku hilang kan? Aku mohon, kalau kau lelah, sakit atau apapun yang kau rasakan, katakanlah padaku. Mianhae, aku memaksa ke taman hiburan kemarin, dan kau kelelahan karena aku terus memaksamu mengikutiku,”

Donghae mengelus lembut pipi isterinya itu, lalu ia rangkul tubuh Eunyoung merapat padanya. Keduanya duduk berdandar di head bed sambil terdiam. Sesekali Donghae memberikan kecupan lembut di pucuk kepala Eunyoung dengan penuh kasih sayang. Tidak ada satu katapun keluar dari mulut keduanya, Donghae hanya bisa menyesal dalam hati, betapa bodohnya dirinya sampai Eunyoung memohon seperti itu.

“Ehemm…Sepertinya kita datang di waktu yang salah, Jagi,” Sebuah interupsi dan cekikikan kecil, terpaksa menyudahi acara berpelukannya Donghae dan Eunyoung. Pasangan Hyun sudah datang pagi itu dan mengenakan pakaian yang bisa di bilang berbeda dari pakaian yang biasa mereka kenakan.

“Kau tidak praktek, Kyu?” tanya Donghae heran.

Kyuhyun pagi itu hanya mengenakan celana bahan yang dipadukan dengan polo shirt dan dibalut jas non-formal, yang tampak santai namun masih terlihat sedikit formal. Dan Younghyun mengenakan terusan selutut yang dengan sabuk yang melingkar anggun di lingkar perutnya.

“Tidak, aku sengaja off hari ini untuk mengantar Jongjin kembali ke Gwangju,” terlihat memang dari gaya berpakaian mereka pagi itu kalau mereka ingin pergi. Tapi, Donghae baru mengetahui kalau hari ini adalah hari kepulangannya Jongjin.

“Kenapa kau tak memberi tahuku, Hyunnie?” kali ini Eunyoung terlihat sedikit terkejut, karena ia belum banyak menghabiskan waktu bersama Jongjin yang sangat periang itu.

“Kami juga sebenarnya lupa, kalau saja tadi pagi Ibu kepala panti tidak menelpon Kyu oppa,” ada rasa tidak rela yang tersirat dari kalimat Younghyun. Donghae mengangguk-angguk dan memperhatikan sepasang suami isteri sekaligus sahabatnya itu.

“Lalu di mana Jongjin sekarang?” Eunyoung yang menyadari tak adanya namja kecil berambut ikal itu di sisi Younghyun dan Kyuhyun.

“Oh tadi ia bertemu dengan Wookie oppa di luar, dan Wookie oppa mengajaknya membeli Ice Chocolate di cafeteria. Kau tahu sendiri Jongjin suka sekali dengan apapun yang berbau manis, dengan mudahnya ia mau ikut walau sepanjang perjalanan ia sedikit sedih dan tidak mau pulang ke Gwangju,”

Kyuhyun menarik bangku di samping tempat tidur untuk Younghyun duduk. Terlihat jelas Younghyun masih enggan menuju Gwangju, sejak tadi memang Younghyun yang bersikeras ke rumah sakit dulu sebelum pergi. Padahal seharusnya mereka berangkat lebih pagi agar tidak pulang terlalu larut karena besok adalah hari pembukaan restoran.

“Seminggu itu cepat sekali berlalu, baru kemarin kami mendapat sebutan baru dari Jongjin” keluh Younghyun.

“Kenapa tidak kau buat sebutan itu melekat selamanya pada kalian?” pertanyaan Donghae sedikit membuat Younghyun yang semula muram  menjadi tatapan penuh tanda tanya pada Donghae.

“Maksudmu, Hae?” tanya Kyuhyun.

“Kalian bisa mengadopsinya, Jongjin tinggal di panti dan suatu waktu pasti akan ada yang mengadopsinya, bukan?”

“tidak bisa semudah itu, Hae. Kau tahu appa-ku sedetail apa? Dulu Omma yang ingin mengangkat Sena jadi keluarga kami pun sampai sekarang belum bisa terwujud. Padahal omma-nya Sena adalah sahabat Omma, tetapi Appa masih belum menyetujuinya. Memang Appa dan Omma-ku sangat menyayanginya, tapi membuatnya jadi bagian keluarga kami sungguh sulit bagi Appa.” jelas Kyuhyun panjang.

Younghyun mendesah, ia sangat tahu masalah Sena dan Appa-nya Kyuhyun termasuk orang yang sangat detail. Donghae dan Eunyoung pun mengangguk mengerti.

“Lagipula, rumah sakit sedang sibuk, ditambah kepergian Jaejoong hyung nanti, aku dan Younghyun takut tidak mempunyai waktu untuk Jongjin nantinya,” lanjut Kyuhyun. Ia menangkap raut kecewa di wajah Younghyun. Kyuhyun yang berdiri di samping Younghyun berusaha menguatkan isterinya itu agar tidak terlalu sedih.

Omma!” suara lengkingan khas Jongjin memecah suasana keheningan sesaat di antara mereka. Jongjin sedikit berlari dengan membawa dua buah cupcake di tangannya. Ryewook pun muncul menyusulnya dengan sedikit tersengal karena rupanya dari tadi Jongjin berlari dari kafetaria menuju ruang rawat Donghae.

“Jin-ah, kau berlari cepat sekali, hyung hampir saja menabrak perawat tadi. Huufff…” keluh Ryeowook yang langsung duduk di sofa menghilangkan lelahnya.

Jongjin hanya tersenyum lebar pada Ryeowook lalu merangsek masuk dalam pangkuan Younghyun.

“Hey, kau bawa apa Jin-ah?” tanya Younghyun.

Namja kecil itu tidak menjawab, namun mendekat ke arah tempat tidur di mana Donghae dan Eunyoung masih terduduk bersisian. Jongjin lalu mengangsurkan dua buah cupcake yang sejak tadi ia bawa.

Hyung, Noona, aku sangat suka manis, karena rasa manis membuatku tersenyum. Dua cupcake ini untuk Youngie noona dan baby nanti kalau sudah lahir, ah, aku ingin bermain dengannya, tapi aku harus pulang,” Jongjin yang semula tersenyum perlahan merubah rautnya menjadi sedih.

Baby belum bisa makan ini sekarang, Jin-ah. Kita makan sama-sama bagaimana??” Eunyoung mengangsurkan kembali satu cupcake untuk Jongjin. Jongjin hanya memandang Eunyoung dengan mata yang berkaca-kaca. “Ayo Jin-ah…” ucap Eunyoung lagi.

Gomawo noona,” Jongjin mengambil cupcake itu dan menggumam kata ‘gomawo’ membuat Eunyoung heran dan terus memperhatikan Jongjin yang mulai memakan cakes itu dengan lahap.

“Pelan-pelan sayang makannya, nanti kau tersedak,” Younghyun yang berada di samping Jongjin menarik Jongjin untuk duduk di pangkuannya. Ia usap rambut Jongjin dengan sayang. “Hei kau menangis?” cemas Younghyun. Younghyun melihat air mata mengalir dari sudut mata Jongjin sementara namja kecil itu mengunyah cakesnya cepat-cepat.

‘uhuk uhuk’ Jongjin menutup mulutnya dengan telapak tangannya, berusaha menelan makanan yang masih berada di mulutnya. Matanya memerah, menandakan sedakannya itu cukup sakit. Jongjin kembali merangsek masuk ke dalam pelukan Younghyun.  “Ommauhhukk..” Jongjin masih tersedak dan nafasnya sedikit berat. Ia terbata memanggil Younghyun sambil terus menangis.

oppa..” panik Younghyun berusaha menggapai tangan Kyuhyun yang berdiri di belakangnya. Matanya tetap fokus pada Jongjin yang terus terbatuk-batuk sambil menangis. Eunyoung-pun segera turun dari ranjangnya untuk mengambil air minum untuk Jongjin.

Kyuhyun merunduk memegang dagu Jongjin, ia ingin melihat mulut Kyuhyun. Namun minimnya cahaya dan Jongjin yang terus terbatuk-batuk mengurungkan niatnya. Lantas ia membantu menepuk pelan punggung Jongjin. Beruntung, tak lama Jongjin berhenti terbatuk-batuk dan Younghyun segera memberinya minum yang di berikan oleh Eunyoung.

“Jin-ah, Gwaenchana? Kalau makan pelan-pelan, sayang,” Peluk Younghyun seraya mengusap jejak air mata di pipi Jongjin.

Omma… aku…” Jongjin menghela nafas berat. “Omma..” Namja kecil itu tidak menyelesaikan kalimatnya, tangannya menepuk dadanya dan nafasnya tersengal.

Gwaenchana Jin-ah? Tarik nafas… buang nafas…” Kyuhyun memberi perintah pada Jongjin dengan mengajarkannya untuk rileks bernafas. Jongjin mengikuti instruksi dari Kyuhyun dan perlahan nafasnya kembali normal.

“Kyu, bawa Jin-ah ke pediatric,” Donghae tak bisa menutupi kecemasannya.

Gwaenchana, mungkin hanya efek sedakan yang menutupi jalur pernafasannya,” jelas Kyuhyun. Walau ia cemas, tapi ia berfikir itu sesuatu yang wajar karena Jongjin baru saja tersedak makanan yang ia makan dengan cepat. “Kajja! Sudah waktunya. Kita harus berangkat sekarang, atau nanti kita akan sampai larut malam,”

“Hati-hati di jalan ya Jin-ah. Kau tidak mau memberikan pelukan padaku sebelum pergi?” ucap Donghae sambil merentangkan tangannya. Sedih meliputi perasaan Donghae, tapi ia tak sanggup mencegah Jongjin untuk pergi. Younghyun mengangkat tubuh Jongjin ke atas ranjang Donghae, keduanya berpelukan erat layaknya hyung dan dongsaeng.

“Youngie noona juga mau di peluk,” celetuk Eunyoung, mengulum senyumnya.

“Youngie noona aku akan sangat merindukanmu, Hae hyung dan baby juga…” Jongjin memeluk Eunyoung dan tak lupa ia mencium perut Eunyoung untuk berpamitan pada unborn baby itu.

—— Will The Dreams Come True (Again)?—–

Malam menjelang, Kyuhyun, Younghyun dan Jongjin tiba di Panti Asuhan di mana Jongjin tinggal setelah bencana naas yang merenggut nyawa hyung dan omma-nya. Sesampainya di sana Jongjin segera masuk ke dalam kamar bersiap untuk tidur, ia berpamitan pada Younghyun dan Kyuhyun untuk segera tidur karena dirinya sangat mengantuk. Sepanjang perjalanan dari Seoul sampai tempat ini memang Jongjin sedikit sekali berbicara, bahkan setelah sampai ia segera masuk ke dalam kamarnya. Percakapan singkat di obrolkan oleh Younghyun dan Kyuhyun pada Ibu kepala panti. Permintaan maaf karena lupa pada tanggal yang telah di sepakati untuk mengantar pulang Jongjin kembali ke panti.

Oppa ponselmu bergetar,” Younghyun mengingatkan Kyuhyun yang masih saja terus berbincang dengan Ibu panti.

“Ada apa Jino? apa omma sakit? Kenapa kau baru memberitahu sekarang? Baiklah aku akan segera pulang,” dengan gugup Kyuhyun menaruh ponselnya kembali ke saku celana. Kemudian ia menoleh pada Younghyun yang sudah menampilkan raut wajah cemas setelah mendengar percakapan singkat Kyuhyun dan Jino di telepon.

Mianhae, sepertinya kami harus pamit sekarang Ahjumma,” Kyuhyun terpaksa menyudahi obrolannya. Ibu panti tersenyum mengerti.

“Boleh kami bertemu dengan Jin-ah, Ahjumma?” tanya Younghyun penuh harap.

“Tentu, mari ikuti saya, mungkin Jongjin sudah tidur, ini sudah jamnya tidur untuknya,” Ibu panti mengantar Kyuhyun dan Younghyun menuju kamar yang berada di ujung koridor.

Dengan perlahan, Ibu panti membuka pintu kamar agar tidak membangunkan semua penghuninya yang sudah terlelap. Ruangan itu cukup luas, terdapat lima buah tempat tidur single berjajar di dalamnya. Langkah mereka terhenti di tempat tidur yang tepat berada di ujung, di mana jongjin terlihat sudah berganti piyama dan terlelap sambil memeluk guling menghadap dinding.

“Jin-ah, omma dan appa pulang dulu ya,” Younghyun mengelus lembut rambut Jongjin yang memunggunginya. Sangat lembut dan berharap itu tidak mengganggu tidurnya. “Omma dan Appa akan sering datang untuk bertemu denganmu, sayang,” lirih Younghyun. Terlihat sekali ia berat berpisah dengan namja kecil yang sudah mencuri hatinya selama seminggu ini.

Kyuhyun yang berada di sampingnya cukup mengerti perasaan Younghyun. Ia rangkul isterinya itu lalu bergegas meninggalkan ruangan. Tidak terasa air mata Younghyun menetes dengan sendirinya saat ia benar-benar keluar dari ruangan. Ibu panti pun sedikit terharu melihat Younghyun. Sepasang suami isteri itu segera masuk mobil setelah berpamitan kembali dengan ibu panti.

Sepanjang perjalanan Kyuhyun dan Younghyun hanya diam. Younghyun yang masih berat namun tidak bisa berbuat apa-apa, karena ia juga cemas dengan keadaan Omma Kyuhyun yang sakit. Raut cemas pun terlihat di wajah Kyuhyun, pasalnya baru kali ini Omma-nya sakit sampai harus dirawat di rumah sakit.

Oppa,” panggil Younghyun. Kyuhyun hanya berdehem menjawab panggilan isterinya itu. “Aku masiih memikirkan Jongjin. Bisakah kita membuat keputusan sendiri untuk mengadopsinya? Kau lihat tadi di rumah sakit, ia sangat sedih berpisah dengan kita” lanjut Younghyun.

“Aku berpikiran sama denganmu, Jagi. Tapi aku masih menghormati Appa, setidaknya kita bicarakan dulu dengan Appa,” jawab Kyuhyun yang masih fokus menyusuri jalan menuju Seoul.

Younghyun terdiam, memang begitu banyak yang harus dilakukan sebelum mengambil keputusan itu. Ia menghela nafas, kecewa namun menerima karena perkataan Kyuhyun benar adanya. Kyuhyun yang fokus di depan kemudi pun sesekali melirik ke arah Younghyun. Sungguh, ia merasakan hal yang sama dengan isterinya itu.

Suara ponsel Kyuhyun memecah keheningan antara keduanya. Younghyun yang tanggap, segera meraih ponsel Kyuhyun dan menjawabnya.

Yoboseyo…”

“…..” Younghyun mendengarkan ucapan seseorang dari seberang telepon dengan seksama. Lalu tiba-tiba, ia menoleh ke arah Kyuhyun dengan raut terkejut, panik dan cemas.

Kyuhyun yang menyadari kalau ada sesuatu yang gawat, langsung menepikan mobilnya dan segera mengambil alih ponsel dari tangan Younghyun. Namun sayang belum sempat Kyuhyun bicara, sambungan di ponselnya sudah terputus. Ia lantas memeriksa panggilan masuk di ponselnya dan sedikit terkejut dengan nama yang tertera di sana.

Dering ponsel kembali memecah keheningan antara Kyuhyun dan Younghyun. Kali ini ponsel Younghyun yang berdering. Tanpa pikir panjang Younghyun segera mengangkatnya. “Iya Jino.. noona sedang dalam perjalanan pulang… Iya, Iya noona tahu…” Younghyun menggigit bibir bawahnya dan kembali menatap Kyuhyun.

“Keputusan ada di tanganmu, Jagi. Kita tetap melanjutkan perjalanan atau…. aku akan mengikuti keputusanmu,” sanggah Kyuhyun cepat. Younghyun semakin bingung, pasalnya Jino baru saja menghubunginya dan sepertinya keadaan darurat sedang terjadi di Seoul.

Oppa… kita…”

 

To Be Continue…

88 Comments (+add yours?)

  1. mendreng
    Aug 28, 2012 @ 16:23:40

    hiks TT younghyun kasian dia kan mau punya anak jongjin. ayolah siwon oppa ijinkan eonni sama oppa ngadopsi jongjin. eh itu telpon dr siapa? wah makin penasaran ><

    Reply

  2. AnisCLouds
    Aug 31, 2012 @ 19:15:52

    .semoga ajja siwon appa menyetujui rencna Hyun CoupLe mengadopsi Jongjin ..
    .Haeppa knf Lgi ? Cepat sembuh ..
    .Lanjutttttttttt ..

    Reply

  3. anggiie
    Nov 02, 2012 @ 23:30:18

    Aaaaah sedih jongjin’a pulang #nangis

    Reply

  4. Icha_sachie
    Nov 20, 2012 @ 06:50:25

    Waduh diseoul ad mslah apaan tuch???

    Yah,koq jongjin pulang si??

    Hyun couple gmn??

    Reply

  5. WonKyu_ELF
    Feb 17, 2013 @ 11:55:39

    Ya ampunnn, part awal udah begitu membahagiakan tp bagian closingnya bikin nangis lagi T_T
    Aissshhh, jinjja!!

    Reply

  6. Wei - Ni
    Mar 02, 2013 @ 12:12:11

    Keadaan darurat apa? Di seoul ada masalah apa?

    Yak knp jonjin di kembalikan ke panti asuhan ?
    Dah jadi in anak angkat Aja …

    Aish .. Ky nya hae makin parah ya ?

    Wkiwiw lucu deh liat keluarga kecil itu pd makan di restoran .. Apalagi jongjin yg kekeuh mau ice cream

    Reply

  7. HalcaliGaemKyu
    Aug 12, 2013 @ 21:09:17

    Wae????? Kenapa???
    Haduh.. Menarukan waktu jongjin memanggil kyu dan hyunnie dgn sebutan eomma dan appa. Sayang, mereka tdk bs memutuskan scr sepihak untuk mnegadopsi jongjin. Sedih ToT

    Reply

  8. Cho In Hyun
    May 17, 2014 @ 23:03:41

    Mwoo Jongjin gak jd di adopsi sama Kyuhyun & Younghyun.. 😦 hemmh padahal Jongjin baru aja bahagia punya keluarga baru 😦 yah itu Eomma Cho sakit apa ?

    Reply

  9. Kim Heena
    Jun 03, 2014 @ 14:28:50

    Donghae wae? Kau selalu mengatakan gwenchanna .. pada Kyu, Hyunnie apalagi Youngie..ahh justru kalau tiba-tiba terjadi sesuatu, itu malah akan membuat km kaget…
    AHH mengharukan akhirnya Jongjin tidak merengek betemu Hae hyung terus sekarang,, krn ada appa dan eomma baru..adopsi…

    Reply

Leave a comment

Memories

April 2012
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30